BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1
Dumptruck
Dumptruck adalah sebuah alat pengangkut material dari jarak sedang hingga
jauh, dimana material yang dibawa oleh dumptruck
dapat diisikan oleh excavator, wheel loader, maupun shovel.Dewasa ini sudah terdapat
berbagai macam tipe dumptruck
Komatsu.Dumptruck Komatsu secara
garis besar dapat dibagi ke dalam dua tipe, yaitu dumptruck mekanikal dan dumptruck
elektrikal.Dumptruck sangat cocok
untuk dioperasikan diarea tambang.Dengan kapasitas angkut yang cukup besar,
alat ini sangat produktif.
Tabel 2.1 Arti kode unit
Kode
|
Keterangan
|
HD
|
Huruf yang
mengindikasikan kodedumptruck Komatsu.
HD : Heavy Duty dumptruck HM : Articulated dumptruck |
465
|
Angka yang
menunjukkan berat muatan (ton)
465 x 0.1 = 46.5 ton |
7
|
Angka yang
menunjukkan berapa kali alat tersebut
sudah dilakukan modifikasi |
R
|
Less EGR
|
2.2 Maintenance
2.2.1 Pengertian
Maintenance
PengertianPerawatanatauperawatan(maintenance)adalahsuatu kombinasi
dariberbagaitindakanyangdilakukan
untukmenjagasuatubarang ataumemperbaikinya,sampaipadasuatukondisiyangbisaditerima.Pengertianlaindariperawatanadalahkegiatanmenjagafasilitas– fasilitasdanperalatanpabriksertamengadakan perbaikanataupemyesuaian yangdiperlukan
agartercapaisuatukeadaanoperasiproduksiyangmemuaskan dan sesuaidengan yangdirencanakan.
Sedangkan manajemen
perawatan (maintenancemanagement)adalahpengorganisasian perawatanuntukmemberikanpandanganumummengenaiperawatanfasilitas
produksi.
Industri tidakhanya harus memproduksi
barang yang dapat dijual namunjugaharusdapatmenandingi persainganpasardenganmembuatproduk
yangberkualitasdenganhargayangpantasdandiserahkankepadakonsumen
dalamwaktuyangtepat.Untukmewujudkan haltersebut antaralainmenerapkan proses–prosesbaru,mengadakan inovasiprodukbarudan menemukan metode baru.
Hal ini merupakan tantangan
untuk bagian Perawatanagardapat
terus berkembang dan mendukung kesiapan serta keandalanpabrik.
Maintenance adalah
semua kegiatan yang berhubungan untuk mempertahankan suatuunit agar tetap dalam
kondisi siap untuk beroperasi, dan jika terjadi kerusakan maka diusahakan agar
mesin/unit tersebut dapat dikembalikan pada kondisi yang baik. Peranan Perawatan
baru akan sangat terasa apabila sistem mulai mengalami gangguan atau tidak
dapat dioperasikan lagi. (Kostas N. D,1981) Perawatan
juga merupakan salah satu fungsi utama usaha, diamana fungsi - fungsi lainnnya
seperti pemasaran, produksi, keuangan dan sumber daya manusia. Fungsi perawatan
perlu dijalankan secara baik, karena dengan dijalankannya fungsi tersebut
fasilitas - fasilitas produksi akan terjaga kondisinya dan memberikan pengaruh
yang besar bagi kesinambungan operasi suatu industri, dapatlah dijelaskan bahwa
pengertian dari manajemen perawatan adalah pengelolaan pekerjaan perawatan
dengan melalui suatu proses perencanaan, pengorganisasian serta pengendalian
operasi perawatan untuk memberikan performasi mengenai unit. Secara objektif
tujuan maintenance adalah mendapatkan
tingkat kesiapan alat yang tinggi, memiliki daya guna yang maksimal, biaya
perbaikan yang hemat dan ketepatan kesiapan.
2.2.2 Tujuan Perawatan
Kegiatan perawatanperalatan dan fasilitas mesin
tentu memiliki tujuan.Tujuan– tujuantersebutadalah:(Corder, 1992)
Berdasarkan pengertiannya,
tujuan maintenance dibagi atas:
a.
Tujuan perawatan dalam arti sempit.
Tujuannya adalah suatu
kegiatan untuk menunjang dan menjaga peralatan/mesin dalam kondisi dapat
beroperasi dengan kestabilan produksi dan bebas dari penurunan mutu baik
peralatan /mesin maupun produk yang dihasilkan.
b.
Tujuan perawatan dalam arti luas.
Tujuannya adalah semua
kegiatan yang dibutuhkan untuk menunjang kelancaran produksi dan menyempurnakan
peralatan/mesin.
1.
Menyempurnakan mutu produk.
2.
Penyerahan dan penyelesaian
tepat waktu.
3.
Meningkatkan efisiensi dan
biaya perawatan yang ekonomis.
4.
Megurangi kecelakaan dan
meningkatkan moral kerja.
Tujuan perawatan bila
ditinjau dari segi teknik :
a.
Memelihara keberadaan peralatan
dan mesin agar siap pakai dalam kurun waktu tertentu (availability).
b.
Menjaga kemampuan peralatan dan
mesin demi melaksanakan fungsinya dalam keadaan dan waktu tertentu.
c.
Mengontrol biaya perbaikan
&perawatan yang lebih baik dan terencana denganmelaksanakan kegiatanperawatansecaraefektifdanefisien.
2.2.3 Jenis – Jenis Perawatan
Terdapatbeberapajenisperawatanyaitu:(Assauri, 2004)
(Sumber:Dokumen pribadi)
2.2.4 PerawatanTerencana(PlannedMaintenance
)
Adalah perawatanyang
dilakukan secara terorganisasi dan sesuai
denganrencanaperawatanyangtelahdibuatsebelumnya. Perawatanini dibedakanmenjadiduayaitu:
1.
PerawatanPencegahan(PreventiveMaintenance)
Adalahkegiatanperawatan danpemeliharaanyangdilakukanuntuk
mencegah timbulnya kerusakan –kerusakan yangtidakterdugadan menemukankondisiataukeadaanyangmenyebabkan fasilitasproduksi mengalami kerusakanpada waktu digunakan dalam
proses produksi. Dengandemikiansemuafasilitasproduksiyangmendapatkan perawatan pencegahan akanterjaminkelancarankerjanyadanakanselaludiusahakan
dalamkondisiyangsiapsetiapsaat.
Untuk memelihara atau
memeriksa seluruh unit secara ketat dan teratur dibutuhkan usaha-usaha untuk
menghilangkan kemungkinan kerusakan pada unit :
1. Perawatan
rutin
Perawatan rutin adalah usaha perawatan terhadap
unit-unit instalasi yang dilakukan secara rutin dan periodik dengan interval
waktu pelaksanaan yang tetap dan singkat. Jenis pekerjaan yang termasuk dalam perawatan
rutin pada dasarnya adalah usaha perawatan yang dilakukan tanpa melalui proses
pembongkaran. Bentuk pekerjaan dalam perawatan rutin antara lain adalah:
a.
Inspeksi
rutin adalah merupakan peninjauan secara visual terhadap kondisi fisik komponen
dari unit instalasi unit produksi. Pekerjaan ini biasanya dilakukan secara
rutin setiap satu hari sampai satu minggu sekali, tergantung kebutuhan.
b.
Pengetesan
rutin, merupakan usaha untuk mengatur atau memantau kondisi kerja suatu
komponen sacara rutin agar komponen dapat diusahakan untuk beroperasi pada
kondisi normal.
c.
Periodic
Maintenance, yaitu perawatan berkala dalam plan service yang dilakukan pada saat hour metters unit mencapai kelipatan
250, 500, dan 1000.
2. Perawatan
(sifatnya perbaikan) kecil/medium
Perawatan
kecil/medium adalah usaha perbaikan-perbaikan ringan terhadap gejala gangguan
yang berhasil terdeteksi selama pemeriksaan rutin. Perbaikan ringan sangat
penting peranannya dalam mencapai tingkat keberhasilan proses perawatan yang dilakukan terhadap suatu komponen unit
instalasi.
3. Bongkar
seluruhnya (overhaul)
Kegiatan overhaul pada mesin
biasanya dilakukan secara periodik dan sangat teratur serta mempunyai
konsentrasi dan perhatian yang lebih dibanding pemeriksaan rutin dan perawatan
kecil. Pada kegiatan ini dilakukan pembongkaran mesin untuk mengecek kondisi
komponen mesin secara menyeluruh dimana dimaksudkan untuk mengetahui
kemungkinan kerusakan yang terjadi pada mesin yang tidak dapat diketahui hanya
dengan pemeriksaan rutin.
2.
PerawatanPerbaikan(
CorrectiveMaintenance)
Yaitukegiatanperawatan yangdilakukan setelahsistemmengalami kerusakan
atautidakdapatberfungsilagidenganbaik.Kegiatanperawatan
iniseringjugadisebutsebagaikegiatanreparasiatauperbaikan
(Repair Maintenance),yangbiasanyaterjadikarenakegiatanperawatanpencegahan
tidakdilakukansamasekali.Secarasepintas,biayaperawatanperbaikan akanlebihkecildaripadamengadakanperawatanpencegahan.Halinibenar
selamakerusakantidakterjadipada saatfasilitasatau peralatanproduksisedang
dioperasikan,karena apabilakerusakan terjadi saat operasi berlangsung makaselainbiayaperbaikankerusakan,perlujugadiperhitungkan biaya
penundaanproduksi.Kerusakantersebutjugaakanmemberikan
andil terhadapumurperalatandalamjangkawaktuyangpanjang.Olehkarenaitu,
perawatanpencegahandianggaplebihmenguntungkan daripadahanya melaksanakanperawatanperbaikansaja.
Corrective
maintenance tidak hanya berarti memperbaiki,
akan tetapi juga mempelajari sebab-sebab terjadinya kerusakan serta mempelajari
cara-cara mengatasinya dengan cepat, tepat, dan benar, sehingga bisa tercegah terulangnya kembali kerusakan
yang serupa. Untuk mencegah terulangnya kerusakan yang serupa ini perlu
dipikirkan sesuatunya dengan mantap dan seksama.
Pencatatan riwayat unit produksi yang
dirawat perlu dilakukan untuk memantau perkembangan dan kondisi unit produksi
dari waktu ke waktu. Adapun tujuan pencatatan riwayat unit produksi secara umum
adalah :
1. Dengan
historical record
yang baik akan menghasilkan kerja yang lebih efektif karena kondisi unit
produksi dapat termonitor.
2. Bila menggunakan metode inspeksi dengan program-program
yang ketat akan mengasilkan hasil yang baik dengan biaya relative cukup murah
dibandingkan dengan nilai perbaikan dari sebuah kerusakan yang terjadi.
3. Siklus overhaul unit produksi dapat diprakirakan dengan baik bila data
historical record diperoleh dengan lengkap.
4.
Usaha
untuk memperpanjang siklus overhaul akan berhasil bila data dari historical record lebih ketat.
Makin akurat penentuan
diagnosis kerusakan pada unit produksi maka biaya preventive maintenance semakin ekonomik.
3.
Prediksi
Perawatan (Predictive Maintenance)
Disamping
dilakukan Perawatan dengan perencanaan dan penjadwalan yang matang, didalam preventive maintenance dikenal pula
kegiatan yang sering disebut dengan perawatan prediktif (predictive maintenance) yang dapat diartikan sebagai strategi perawatan
dimana pelaksanaannya didasarkan pada kondisi unit produksi itu sendiri. Jadi predictive maintenance adalah merupakan
bentuk baru dari planned maintenance
dimana penggantian komponen atau suku cadang dilakukan lebih awal dari waktu
terjadinya kerusakan. Untuk membantu melaksanakan predictive maintenance terdapat suatu diagram analisa predictive yang sering digunakan yang
mengacu pada kondisi unit. Dalam predictive
maintenance terdapat beberapa metode dalam memantau atau monitoring kondisi
dari suatu unit produksi, antara lain :
1. Monitoring
minyak pelumas dengan cara mengambil sample oli dari unit produksi untuk
mengecek kekentalannya atau melihat kuantitas oli yang masih tersimpan di
tangki oli sesuai dengan anjuran dari manual book mesin merupakan cara-cara
untuk monitoring minyak pelumas.
2. Monitoring
visual metode ini menggunakan panca indera yang meliputi lihat, rasa, dengar
guna mengetahui kondisi mesin. Untuk lebih akurat bisanya digunakan alat bantu.
3. Monitoring
kinerja merupakan teknik monitoring kondisi unit produksi dengan cara memeriksa
dan mengukur parameter kinerja dan kemudian dibandingkan dengan standarnya.
4. Monitoring
geometris diharapkan penyimpangan geometris yang terjadi pada unit produksi
dapat diketahui dan kemudian dilakukan kegiatan meliputi pengukuran leveling dan pengukuran posisi (alignment).
5. Monitoring
getaran, monitoring ini memeriksa dan mengukur letak getaran secara rutin dan
terus menerus sehingga getaran yang akan mengakibatkan kerusakan unit produksi
lebih lanjut dapat dicegah.
2.2.5 PerawatanTakTerencana(
Unplanned Maintenance)
Perawatan takterencanaadalahbentukperawatan
daruratyangdapat didefinisikan sebagaiperawatanyangperlusegeradilakukanuntukmencegah akibatyanglebihserius, sepertihilangnyawaktuuntukberproduksi,kerusakan
besarpadaperalatandanbiaya– biayaperbaikanyanglebihmahal.
2.2.6 Metode Maintenance
Dalam
menentukan perawatan sebuah maintence
unit memberlakukan dua buah konsep perbaikan untuk komponen yaitu, RAF (Repaire After Failure) dan RBF (Repaire Before Failure). Kedua buah
konsep ini memiliki perbedaan yang sangat signifikan dalam banyaknya biaya yang
akan dikeluarakan.
1.
RAF (Repaire
After Failure) yaitu sebuah perbaikan yang dilakukan pada unit setelah unit
tersebut mengalami kerusakan hingga unit itu memiliki frequensi breakdown yang akan sangat lama akibat
parahnya kerusakan yang dialami, dan biaya spareparts yang mahal akibat banyaknya yang harus
diganti, serta pertimbangan banyaknya man-power dalam pengerjaanya.
2.
RBF (Repaire
Before Failure) yaitu perbaikann yang dilakukan sebelum unit itu mengalami
kerusakan berdasarkan historical record unit
tersebut. Jadi dengan menggunakan konsep ini unit tersebut akan di perkirakan
kapan harus dilakukannya perbaikan
terhadap komponen-komponen sehingga unit tersebut akan memiliku frequensi breakdown yang relatif lebih pendek, serta biaya spare parts yang masih relatif terjangkau.
Konsep RBF termasuk dalam Predict maintenance yang merupakan bentuk baru dari planned
maintenance, dimana penggantian komponen atau suku cadang dilakukan lebih
awal dari waktu terjadinya kerusakan.
2.2.7 Definisi
pada Maintenance Procedure
Prosedur
atau tata cara pelaksanaan sebuah section
maintenance mempunyai berbagai pekerjaan dan report yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan menciptakan equipment yang siap pakai.
1. Work
Order
Work Order
dibuat untuk proses pekerjaan yang ada di Maintenance
Section,Work Order disiapkan oleh Workshop Administrator/Maintenance Planner
yang disetujui oleh Maintenance
Superintendent/ Supervisor/ Foreman yang selanjutnya menandakan dimulainya
proses job dan Work Order ditutup setelah pekerjaan selesai.
2. Material
Request/ Purchasing Request
Material/Purcashing Request dibuat oleh logistik
sesuai dari RPL (Recommended Part List)
yang dikeluarkan oleh mekanik yang diketahui oleh Supervisor / Foreman dan disetujui oleh Maintenance Superintendent / Maintenance Planning Superintendent / MaintenanceManager.
3.
Quotation
Quotation
didapatkan dari Dealer atau Supplier sesuai dengan Material Request yang diajukan oleh buyer, Quotation yang ada minimal dari 2 Supplier dan akan dilaporkan ke Head
Office untuk dikeluarkan PO (Purchase Order).
4.
Purchase Order(PO)
Purchase
Order dikeluarkan berdasarkan persetujuan Head Office atau ProjectManagersesuai dari Quotation
yang ada. Proses ini menandakan proses order ke Dealer/Supplier sehingga akan di supply part yang dibutuhkan.
5.
Hystorical Change Component
Pendataan hystorical penggantian component bertujuan untuk mengetahui
data penggantian komponen pada sebuah alat sehingga dapat diketahui kerusakan
yang sering terjadi pada sebuah equipment.Hal
ini dapat membantu dalam perencanaan stock
part untuk equipment tersebut.
Plan schedule service
sangat mutlak diperlukan dalam maintenance
equipment dalam sebuah perusahaan pertambangan. Perencanaan yang tepat
menentukan umur sebuah equipment
karena dengan dilaksanakan service terhadap
equipment secara berkala sesuai
dengan standart manufactureakan
mencegah lebih dini kerusakan sebuah equipment.
Sehingga dapat menekan cost equipment
dalam operasionalnya.
6.
Schedule Oil Sample
(SOS)
Pengambilan
oil sample secara terjadwal dilakukan
setiap 250 jam operationuntuk engine
dan 500 jam untuk component lainnya. Oil Sample dapat diambil sewaktu-waktu
apabila terjadi potensi failure pada
sebuah component.Sample diambil oleh service man
dan diserahkan ke maintenance planner
untuk dikirim ke laboratorium.maintenance
planning superintendent/maintenance superintendent selalu memonitor hasil
dari oil sample ini dan semua
proposal untuk dilakukan mayor repair
pada equipment harus didiskusikan
dengan maintenance manager.
Apabila elemen schedule
oil sample ini secara disiplin dilakukan maka akan didapatkan hasil sebagai
berikut :
a. Menekan cost
dengan melakukan: perbaikan sebelum rusak dan penjadwalan perbaikan.
b. Mendeteksi adanya kerusakan pada komponen sedini
mungkin.
c. Dapat mengetahui rekomendasi langkah-langkah apa
yang harus dilakukan untuk memperbaiki masalah.
d.
Mencegah timbulnya kerusakan parah.
7.
Component Replacement
Setiap schedule penggantian component harus sesuai dengan standart component life time. Dalam
kejadian rusaknya component secara abnormal, maintenance superintendent/maintenance planning superintendentakan
menganalisa sebab dari kerusakan dan didiskusikan dengan Maintenance Manager. Maintenance
Planner segera proses perbaikannya dengan membuat schedule pemasangannya.
8.
Cannibalism System
Setiap
pelaksanaan cannibal part sebenarnya
didalam maintenance system tidak
dibenarkan, tetapi hal ini bisa kita lakukan dalam keadaan mendesak karena
tidak adanya stock part yang
mengalami kerusakan. Proses ini dapat dilakukan dengan syarat mendapat persetujuan
dari Maintenance Managerdan semua
data harus selalu di record oleh Maintenance Planner.
9.
Part Order
Setiap
proses order part harus sesuai dengan
kerusakan part yang ada di unit.
Untuk order stock warehouse harus
diberikan catatan order list yang dibuat.
10.
Job Pending Log Book
Proses pelimpahan/ penyerahan status job antara 2 shift kerja harus jelas dan bisa dimengerti. Untuk itu diperlukan
suatu daftar job pendingstatus yang
bisa dibuat oleh para pengawas didalam workshop.Job pending ada dua cara yaitu dengan
sebuah papan tulis atau dengan buku.
11.
Preventive Maintenance
Backlog
Didalam
preventive maintenance yang harus
diperhatikan adalah ketepatan waktu service
dan item pemeriksaan yang dilakukan.Backlog
adalah daftar hasil pengecekan kerusakan pada sebuah equipment yang proses perbaikannya menunggu waktu yang tepat/saat
dilakukan periodical service (PS) atau
saat terjadi change shift atau
kondisi unit dalam keadaan standby atau
pada saat downday.
Pada
saat service dapat dilakukan backlog yang ada pada equipment. Setiap proses service periodical seorang serviceman harus mengikuti item-item
pengecekan yang ada dalam preventive
maintenance service sheet dan melihat backlog
unit apabila waktu memungkinkan untuk dikerjakan oleh crew preventive maintenance dan mechanic
lainnya, welder atau electric.
12.
Warranty Claim
Proses
warranty claim akan sangat membantu
me-reduce cost perusahaan karena Equipment mengalami kerusakan. Dalam hal
ini kita berlakukan 2 macam claim
antara lain :
1.
Claim
Assurance
Claim yang ditujukan
ke badan asuransi yang ditunjuk oleh perusahaan, claim ini diakibatkan karena unit accident / kecelakaan bukan dari bencana alam.
2. Claim Dealer/Supplier
Claim
ini ditujukan ke dealer atau supplier yang berhubungan karena kita
membeli sebuah product dari dealer / supplier tersebut, claim
ini diakibatkan karena kualitas product
yang jelek selama masa warranty. Warranty claim kerusakan alat
karena accident atau incident dibuat formnya
dan dikirim ke Head/Site Office dalam
1 x 24 jam. Proses order part&claim labour vendordibuat warranty
oleh project. Claim proses akan
di follow up Head Office. Warranty claim harus dilengkapi dengan
analisa penyebab kerusakan dan foto-foto yang menunujukkan akibat kerusakan.
13. Maintenance dan Job Proses
Proses
adalah suatu susunan yang dibuat untuk mengontrol suatu pekerjaan dan untuk
memastikan performance kerja sesuai
perencanaan dan mempertimbangkan cara yang effective
dan dapat diterima semua pihak. Proses dari sebuah maintenance atau job description
sangat tergantung dari kerjasama dan komunikasi yang baik diantara yang
berkepentingan di dalamnya. Tidak siapnya suatu equipment bisa disebabkan karena schedule maintenance / repair ataupun unscheduled repair.
14.
Equipment Category
Equipment
dibagi menjadi beberapa category,
dimana tujuannya adalah untuk menunjukkan dampak/pengaruh pentingnya equipment tersebut terhadap mata rantai
produksi. Kategori dibagi sebagai berikut : Alat tambang utama (main equipment), Alat penunjang tambang
(support equipment) dan Utilities (UTY). Alat tambang utama,
adalah alat produksi yang apabila alat tersebut mengalami kerusakan maka
dampaknya sangat berpengaruh dalam pencapaian produksi dan bersifat berganda
pengaruh kerusakannya yang mengakibatkan unit lainnya tidak dapat bekerja. Alat
penunjang tambang, adalah alat produksi yang apabila alat tersebut mengalami
kerusakan maka dampaknya tidak terlalu berpengaruh dalam pencapaian produksi
namun akan mempengaruhi tingkat kerusakan alat lainnya.
Utility
adalah alat non produksi yang apabila
alat tersebut mengalami kerusakan tidak mempengaruhi produksi namun pengaruhnya
akan dirasakan dalam suatu proses produksi.
15. Backlog Unit
Form
ini sebagai data backlog atau daftar
kerusakan yang ada dalam sebuah equipment
yang bisa dijadikan sebagai daftar perencanaan pekerjaan sebuah equipment saat dilakukan maintenance schedule.
16. Machine
Inspection Program
Form
ini adalah laporan dari kondisi equipment
yang telah dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh yang akan diketahui backlog kerusakan yang ada di equipment tersebut.
17. Technical
Analysis Report
Form
ini adalah laporan dari analisa technical
penyebab kerusakan equipment yang
disebabkan oleh Miss Maintenance, Miss
Product, Lifetime Component, Miss Operation, Accident/Incident. Untuk
kerusakan karena miss operation dan accident/incident bisa dilaporkan ke Safety dan Mining Department, serta
dikirim ke Maintenance Head Office (jika perlu). Apabila ada
perkembangan dari model dan type equipment
makaMaintenance Section akan membuat Standard form Equipment sesuai model/type yang baru.
18. Planned Component Replacement
PCR atau Planned
Component Replacement, yaitu pekerjaan penggantian komponen yang terencana,
dimana daftar komponen yang diganti didasarkan sesuai dengan daftar yang dibuat.
19. Job Request
Job Request adalah
permintaan jasa pekerjaan kepada vendor
dimana pekerjaan tersebut belum dapat ditentukan harganya, setelah harga dapat
ditentukan dan disepakati barulah PO dapat diterbitkan.
2.2.8 Proses
Maintenance
Proses maintenance unit yang teratur dan
terencana merupakan hal sangat penting demi menjamin pengoperasian yang bebas
dari kerusakan dan memperpanjang umur unit. Pada unit yang beroperasi dibuatlah
sebuah sebuah plan inspection yang
dilakukan untuk mengambil data-data dari kondisi unit tersebut, inspeksi yang dilakukakn
berupa:
a. Monitoring
Hours Mater Unit
b. Check
Visual
c. CheckTyre
d. Check
Panel Cabin
e.
Check
Break
f. Check
Udara Bertekanan
Dari
proses inspeksi unit inilah maka akandidapatkan data yang
selanjutnya akan diinput an dibuatlah pada backlog.
Setelah itu maka akan dibutalah plan maintenance
unit.
1.
Corrective Maintenance
Corrective maintenance
adalah perencanaan perbaikan terhadap gejala gangguan yang berhasil terdeteksi
saat inspeksi. Pada saat inspeksi unit jika ditemukan sebuah kerusakan ataupun
gejala-gejala kerusakan maka akan dilakukan sebuah perbaikan jika kerusakan itu
tidak terlalu parah dan ada stok spare parts sehingga memungkinkan jika
dilakukan perbaikan. Namun jika
kerusakan itu tidak bisa ditangani lansung terkendala berbagai faktor, maka
akan dibuatkanya sebuah perencanaan perbaikan sembari mempersiapkan alat dan spareparts. Setelah proses perbaikan
berlangsung maka dilakukanlah pengecekan ulang dan pengetesan pada unit untuk
memastikan bahwasaya unit siap untuk digunakan dalam prose produksi lalu di
catat pada daily breakdown unit.
Pada
Corrective maintenance juga dilakukan
perbaikan pada komponen–komponen yang mengalami ciri-ciri kerusakan dan
dibangun lagi untuk dijadikan stok pada saat komponen–komponen tersebut
terjadwal pada PCR (Planned component
Replacement). Proses perbaikan komponen ini dilakukan di workshop seperti
terlihat pada flowchart dibawah ini:
Gambar
2.3
Diagram Corrective Maintenance
(Sumber:Dokumen Pribadi)
Komponen
tiba dari lokasi lalu dilakukkan pengeceken kelengkapan dokumen seperti tag component yang kemudian akan masuk
pada data component receiving sebagai
acuan untuk pencatatan historical
component. Setelah dilakukan pengambilan data, kemudian dilakukakn
pencucian pada setiap komponen untuk mempermudah melakukan pembongkaran
komponen. Pada parts komponen itu
dibersihkan dan di cek bagian dan parts apa
yang perlu diganti, diperbaiki atupun dilakukan perawatan. Selanjutnya dari
data yang telah diambil dari komponen terebut diinput data TSR (trouble service report). Dari hasil
temuan kerusakanpartskomponen
tersebut, maka dibuatlah dokumen
component calculation untuk melihat komponen itu masih layak diperbaiki
atau tidak berdasarkan perbandingan harga baru komponen dengan estimasi biaya
perbaikan. Setelah disetujui oleh Bagian Planner maka komponen langsung
dibuatkan Purchasing Order (PO) untuk
dipesankan sparepart nya. Namun jika
tidak disetujui komponen yang tidak layak pakai akan dibuatkan dokumen scrab dan komponen yang masih layak akan
dijadikan stok parts.
Ada
beberapa komponen yang tidak bisa diperbaiki karna keterbatasan alat, maka akan
dikirmkan ke vendor. Selanjutnya setelah spare parts telah tiba, maka
dilakukanlah assembling component dan
pada proses akhir komponen di lakukan painting
,lalu di packing. Komponen yang
telah siap akan menjadi stok komponen pada workshop dan akan dkirim sesuai
dengan permintaan komponen pada setiap lokasi.
2. Preventive
Maintenance
a. Periodic
service
Pada
proses maintenance ini dilakukakan
secara berkala sesuai dengan jumlah hours
meter unit yang telah tercapai. Maintenance
dilakukan pada interval waktu kelipatan 250, 500, dan 1000 jam operasi unit.
Gambar
2.4
Diagram Preventiv Maintenance
(Sumber: Dokumen pribadi)
Dari
hasil yang didapatkan pada hasil data inspeksi unit, maka dibuatlah sebuah
perencanaan service sesuai dengan
interval waktu kerja unit tersebut.Service
yang dilakukanpun berbeda sesuai denga jam kerja yang telah tercapai. Setelah
dibuatkannya perenanan service maka planner mulai menyiapkan partsconsumable dan part lainnya yang dibutuhkan pada saat pelaksanaan service. Segala hal mengenai prosedure
mengenai service mengacu pada OMM (Opertaion
Maintenance Manual) untuk unit Excavtor. Pada akhir dilakukannya service, selanjutnya akan dibuatkan sebuah laporan daily breakdown unit yang akan
dikumpulkan menjadi monhly reportunitbreakdown.
b. Predictive
Maintenance
Gambar
2.5
Diagram Predictive Maintenance
(Sumber: Dokumen Pribadi)
Disamping dilakukan Perawatan dengan perencanaan dan penjadwalan
yang matang, didalam preventive
maintenance dikenal pula kegiatan yang sering disebut dengan perawatan
prediktif (predictive maintenance)
yang dapat diartikan sebagai strategi perawatan dimana pelaksanaannya
didasarkan pada kondisi unit produksi itu sendiri. Jadi predictive maintenance adalah merupakan bentuk baru dari planned maintenance dimana penggantian
komponen atau suku cadang dilakukan lebih awal dari waktu terjadinya kerusakan.
Untuk membantu melaksanakan predictive
maintenance terdapat suatu diagram analisa predictive yang sering digunakan yang mengacu pada kondisi unit.
2.3 Performance
Maintenance
Performance
maintenance terdiri dari 3 bagian (Kostas N. D, 1981),
a. Keterawatan
(Maintainability)
Adalahprobabilitassuatukomponenatausistemyangrusakakan
diperbaiki ataudipulihankembalipadakondisiyangtelahditentukan
selamaperiodewaktutertentudimanadilakukan perawatan sesuai denganproseduryangseharusnya. Keterawatan
suatuperalatandapat didefinisikansebagaiprobabilitas peralatantersebutuntukbisa
diperbaiki padakondisi tertentu dalam periode
waktu tertentu( Ebelling,1997
). Suatu pengukuran dari maintainability adalah :
1. Mean
Time ToRepair (MTTR), tingginya MTTR
mengindikasikan rendahnya maintainability. Dimana MTTR merupakan
indicator kemampuan (skill) dari
operator maintenance mesin dalam menangani atau mengatasi setiap masalah
kerusakan.
Dimana Breakdown Time adalah termasuk waktu
menunggu untuk repair, waktu yang terbuang untuk melakukan repair,
waktu yang terbuang untuk melakukan pengetesan dan mendapatkan unit yang siap
untuk mulai beroperasi.
2. Mean
Time Between Failure (MTBF) adalah rata – rata
waktu suatu mesin dapat dioperasikan sebelum terjadinya kerusakan. MTBF ini
dirumuskan sebagai hasil bagi dari total waktu pengoperasian mesin dibagi
dengan jumlah/frekuensi kegagalan pengoperasian mesin karena breakdown.
Hasil perhitungannya dapat dilihat dibawah ini :
b. Ketersediaan (Availability)
Ketersediaan (availability) adalah probabilitas
suatu komponen atau sistem menunjukan
kemampuan yang diharapkan pada suatu
waktu tertentu ketika dioperasikan dalam kondisi operasional tertentu. Ketersedaiaan juga dapat diinterpretasikan sebagai persentase waktu
operasional sebuah komponen atau sistem selama intervalwaktu
tertentu.
Ketersediaan berbedadengankeandalan,dimanaketersediaan adalahprobabilitas komponenberadadalamkondisitidakmengalami
kerusakanmeskipunsebelumnya komponentersebuttelahmengalami
kerusakandandiperbaikiataudipulihkankembalipadakondisioperasi
normalnya.Olehkarenaitu,ketersediaan sistemtidakpernahlebihkecildaripadakendalansistem.Ketersediaanmengandung dua komponen
utamayaitukeandalan(reliability)
dan keterawatan (maintainability).Tingkatkeandalanyangrendahdapatdiimbangi denganusahapeningkatan
perawatansehinggatingkatkecepatanaksi perawatanberpengaruhterhadaptingkatketersediaansistem.Seperti
halnyapadakeandalandanketerawatan,
ketersediaan merupakan probabilitas
sehinggateoriprobabilitasdapatdigunakanuntuk menghitungnilaiketersediaan.(Ebelling,1997)
Satu
pengukuran dari availability (A) adalah :
c. Relialibility
Adalahprobabilitassuatukomponenatausistemakanberoperasi
sesuaidenganfungsiyangditetapkan dalamjangkawaktutertentu
ketikadigunakandalamkondisioperasional tertentu.Keandalanjuga berarti kemampuan
suatu peralatan untuk
bertahan dan tetap beroperasisampaibataswaktutertentu.(Ebelling,1997).
Rumus
pengukuran dari reliabilityadalah :
d. Utilization
Utilizationatau ketangguhan adalah kemampuan unit untuk melakukan operasi
dalam kurun waktu tertentu, sehingga utilization unit bisa dikatakan
sebagai kapasitas unit dalam beroperasi yang dihitung dalam working hours.
Rumus untuk pengukuran utilization adalah
:
2.4 Diagram
Pareto (Pareto Analysis)
Diagram pareto atau Pareto Analysis diperkenalkan pertama kali oleh Alfredo Pareto dan
pertama kali digunakan oleh Joseph Juran. Diagram pareto menggunakan grafik
balok dan grafik baris yang menggambarkan perbandingan dari masing-masing jenis
data terhadap keseluruhan data. Dengan diagram pareto, kita dapat melihat
masalah yang lebih dominan sehingga kita mendapatkan penyelesaian masalah
dengan lebih mudah. Fungsi diagram pareto yaitu untuk mengetahui dan
mengidentifikasi penyebab-penyebab yang dominan untuk meningkatkan kualitas dan
melakukan perbaikan terhadap penyebab-penyebab dominan tersebut.
Adapun
kegunaan dari diagram pareto ialah:
1.
Menyelesaikan masalah utama.
2.
Menyatakan perbandingan masing-masing persoalan terhadap keseluruhan.
3.
Menunjukan tingkat perbaikan setelah tindakan perbaikan pada area yang
terbatas.
4.
Menunjukan perbandingan masing-masing persoalan sebelum dan setelah
perbaikan.
Diagram Pareto digunakan untuk mencari serta
menganalisa produk yang cacat atau tidak sesuai dengan spesifikasi standar
produk perusahaan. Pencarian cacat paling berpengaruh berguna untuk mencari
beberapa wakil dari cacat yang teridentifikasi, yang kemudian dapat digunakan
untuk membuat diagram sebab akibat.Hal ini dilakukan dengan pertimbangan
efisiensi biaya dan waktu.
Dr. Kaoru
Ishikawa seorang ilmuwan Jepang, merupakan tokoh kualitas
yang telah memperkenalkan user friendly control, Fishbone cause and effect
diagram, emphasised the internal
customer kepada dunia. Ishikawa juga yang pertama memperkenalkan 7 (seven) quality
tools: control chart, run chart, histogram, scatter
diagram, pareto
chart, and
flowchart yang
sering juga disebut dengan 7 alat pengendali mutu/kualitas (quality
control seven
tools).Diagram
Fishbone dari Ishikawa menjadi satu tool yang sangat populer
dan dipakai di seluruh penjuru dunia dalam mengidentifikasi faktor penyebab
problem/masalah. Alasannya sederhana Fishbone
diagram tergolong praktis, dan memandu setiap tim untuk terus berpikir
menemukan penyebab utama suatu permasalahan.Diagram tulang ikan ini dikenal
dengan cause and effect diagram. Kenapa Diagram Ishikawa juga disebut
dengan tulang ikan?memang kalau diperhatikan rangka analisis diagramFishbone bentuknya ada kemiripan
dengan ikan, dimana ada bagian kepala (sebagai effect) dan bagian
tubuh ikan berupa rangka serta duri-durinya digambarkan sebagai penyebab (cause)
suatu permasalahan yang timbul.Dari gambar di atas terlihat bahwa faktor
penyebab problem antara lain (kemungkinan) terdiri dari : material/bahan baku,
mesin, manusia dan metode/cara. Semua yang berhubungan dengan material, mesin,
manusia, danmetode yang saat ini dituliskan dan dianalisa faktor mana yang
terindikasi menyimpang dan berpotensi terjadi problem.Ingat, ketika sudah
ditemukan satu atau beberapa penyebab jangan puas sampai di situ, karena ada
kemungkinan masih ada akar penyebab di dalamnya yang tersembunyi.Bahasa
gaulnya, jangan hanya melihat yang gampang dan nampak di luar.Ishikawa mengajarkan
kita untuk melihat ke dalam dengan bertanya “mengapa?mengapa? dan mengapa?”.
Hanya dengan bertanya “mengapa” beberapa kali kita mampu menemukan akar
permasalahan yang sesungguhnya.Penyebab sesungguhnya, bukan gejala.Dengan
menerapkan diagramFishbone ini dapat
menolong kita untuk dapat menemukan akar penyebab terjadinya masalah khususnya
di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya ragam variabel yang berpotensi menyebabkan
munculnya permasalahan. Apabila masalah dan penyebab sudah diketahui secara
pasti, maka tindakan dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan
diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat
melihat semua kemungkinan penyebab dan mencari akar permasalahan sebenarnya.