Secuil Hati
Wanita di Teluk Eden
Ruang senja, diatas bebatuan karang ia berdiri
menanti sambil tangan kanannya mengelus-ngelus perutnya yang sedikit membuncit.
Wajahnya menatap ke langit semesta yang menyitakan cahaya senja disore hari
menjelang malam tiba. Sesekali ia menghela napas pelan, saat merasa sesuatu itu
menendang-menendang didalam perutnya. Kemudian ia tersenyum lebar,
memperlihatkan sederet giginya yang putih sedikit kontras dengan warna
kulitnya. Ungkapan diatas merupakan gambaran dari novel ini yang mengisahkan
seorang wanita yang sedang hamil menanti seorang suaminya.
Sebelum saya menceritkan isi dari
cerita ini, pertama saya akan ceritakan penulis novel ini. Dia adalah Fani
Krismawati atau Vanny Chrisma W. lahir pada 4 Desember 1983 di Sidoarjo, Jawa
Timur. Anak keempat dari lima bersaudara ini pernah kuliah di STIE Perbanas,
Surabaya. Hobinya adalah membaca buku apa saja yang bisa menambah ilmu. Wanita
cantik memang suka menulis sudah dari SMP.
Selain membaca, ia sangat menyukai
dunia menulis. Novelnya yang sudah terbit adalah Déjà Vu (Sheila), Wo Ai Ni Allah (DIVA
Press, 2008), Madah Cinta Shalihah (DIVA Press, 2008), Hati Jasmine (DIVA
Press, 2008),Maimunah (DIVA Press, 2009), Cantik (DIVA
Press, 2009), dan Menjadi Tua dan Tersisih (DIVA Press, 2009).
Dalam novel ini dikisahkan sebuah
cerita manusia yang digambar terjebak dalam kemiskinan membuat banyak rakyat
Somalia menderita kelaparan. Pekerjaan sehari-hari sebagai nelayan pencari ikan
tak mampu mengubah nasib buruk mereka. Anak-anak dan orang tua menderita
kekurangan gizi. Tubuh mereka kurus, hanya tinggal kulit tipis yang membalut
tulang.
Hal itulah yang melatar belakangi
banyaknya bermunculan kelompok-kelompok bajak laut di perairan Somalia.
Menjadikan Somalia terkenal dengan negeri para perompak Mereka membajak kapal-kapal
kargo yang melewati perairan tersebut, dan menyandera para awak kapal untuk
diminta tebusan. Bahkan sejumlah WNI pernah menjadi sandra komplotan bajak laut
Somalia.
Vanny
Chrisma W. penulis yang sudah menerbitkan banyak buku ini, untuk kali ini
mengangkat tema tersebut dalam novel setebal 256 halaman ini. Novel ini mencoba
menggambarkan betapa menderitanya rakyat Somalia yang selalu terkungkung dalam
penderitaan setiap hari. Mereka harus mengantri berhari-hari demi mendapatkan
semangkok bubur. Kadang-kadang malah tak kebagian karena telah habis.
Adalah
Dela Eden, seorang wanita yang tinggal di Mogadhisu, yang selalu dengan setia
menanti suaminya, Akinsanya, pulang melaut mencari ikan. Akinsanya kadang hanya
memperoleh sedikit ikan, sehingga tak ada yang bisa dijual lagi untuk membeli
beras. Sehingga mereka sekeluarga hanya makan ikan saja. Bagi Dela
Eden apapun yang mereka makan tak terlalu masalah. Baginya, Akinsanya pulang
dengan selamat saja sudah membuat dirinya bahagia. (hal. 16-22).
Namun,
tidak demikian dengan suaminya. Akinsanya merasa menderita melihat keluarganya
selalu dalam kekurangan. Apalagi mereka telah mempunyai seorang anak laki-laki,
Dzigbode, yang sudah beranjak remaja. Kebutuhan keluargapun tentu semakin
bertambah besar.
Akinsanya
bersama Barack, teman melautnya, akhirnya memutuskan untuk menjadi bajak laut
tanpa sepengetahuan Dela Eden. Mereka lalu pergi ke Teluk Eden untuk menemui
sang ketua perampok, Machupa. Sang ketua perampok menerimanya dengan senang
hati, setelah Akinsanya berjanji bertaruh berani mati dalam menjalankan
tugasnya. (hal. 35-44).
Lama
meninggalkan Dela Eden, membuat kerinduan Akinsanya membuncah. Dengan restu
sang ketua bajak laut, ia menemui isterinya. Karena selalu kwatir dengan
keadaan anak dan isterinya yang selalu ditinggalkan pergi, Akinsanya akhirnya
memaksa Dela Eden untuk ikut bersamanya dan tinggal bersama keluarga-keluarga
bajak laut lainnya di Teluk Eden.
Akinsanya
harus bertaruh nyawa setiap kali membajak kapal yang lewat, tetapi hasil yang
ia dapatkan tidak sesuai dengan pengorbanannya. Machupa terlalu banyak
menikmati hasil rampokannya. Karena dibawa rasa dendam, Akinsanya memutuskan
membunuh sang ketuanya itu. (hal. 182-188).
Kosongnya
kursi ketua membuat rencana kerja mereka berantakan dan tak terorganisir.
Setelah mengadakan pertemuan, seluruh bajak laut sepakat mengangkat Akinsanya
menjadi ketua bajak laut yang baru. Selain berani, ia juga pintar mengatur
strategi, serta adil dalam membagi hasil rampokan.
Namun,
semenjak menjadi bajak laut sikap Akinsanya berubah pada Dela Eden. Sikapnya
yang dulu lembut dan penyayang, kini sering berbuat kasar dengan memukul
isterinya, bengis, dan semena-mena pada Dela Eden. Tetapi, karena rasa
sayangnya pada suaminya, Dela Eden rela menanggung itu semua. Walau sejujurnya,
ia lebih menyukai kehidupan yang dulu ketika hidup dalam kemiskinan dan
kekurangan.
Novel
yang di tulis dengan deskripsi dan narasi yang memukau serta detail membuat
cerita ini terasa begitu nyata. Ketika membaca novel ini, kita seolah-olah di
ajak pergi ke Teluk Eden. Kita dapat merasakan bagaimana
gelombang batin Dela Eden menjadi isteri seorang bajak laut. Kita juga akan terbawa
rasa miris melihat bagaimana rakyat Somalia berjuang hidup dalam garis
kemiskinan. Satu pesan yang dapat kita ambil dalam novel ini, bahwa kemiskinan
selalu bisa membuat siapapun berbuat nekat demi untuk bertahan hidup.
Pertumbuhan darah yang terus terjadi
akibat persaingan sesama preman bersenjata diberbagai wialyah Somalia. Di mana
preman-preman bersenjata merampok dan memperkosa tanpa bisa diadili. Akinsanya
menyenyitkan alis, menatap seraut wajah hitam Baracck serata sederet giginya
yang menguning. Entah, tak seperti biasanya Baracck tampak jauh lebih ceria
dari biasanya.
Demi bertahan hidup agar tidak mati
kelaparan, ibunya rela berjalan vdengan perut melilit sekadar mendapatkan
antrean makanan yang diadakan di perbatasan pantai. Aku tidak akan pernah
menelantarkan kalian. Ankinsannya brrjanji demi Allah, tidak akan pernah
menelantarkan kalian berdua. “ Manchupa itu adalah kapten bajak laut yang
terkenal suka mabuk-mabukan. Jika kau ingin diperlakukan baik olehnya, maka
jadikannya dirimu seperti seseorang budak”. Ankinsannya merasa terhorok dan
malu karena ia seperti baru saja d[permalukan di depan orang banayak. Wjah
memerah, sedang ia terus merasa tersinggung menghadapi tiap pernyataan yang
seakan tiada habisnya. “ Suadah siapkah dirimu menjadi perompak? Tugas ini
bykanlah tugas yang sepele. Ini tugas membawa nyawa. Jika keberuntungan terus
besertamu, au akan tetap selanat dam hidup.” Disini tertera kata-kata yang
orang Somalia katakana sebagai prinsip kehidupan mereka setiap hari. Prinsip
orang Somalia adalah kita telah lama tertindas. Jika tidak ingin lebih
tertindas lagi oleh mereka orang asing, maka kita harus merombakkan diri
menjadi terlihat lebih Gerang sehngga sehingga trsakiti.
Dalam kehidupan mereka yang serba
kakurangan, ternyata masih ada rasa saying yang amat dalam. Seperti Ankinsannya
berkata pada sang istri, “ Maafkan akau, saying. Ini demi perubahan hidup kita.
Aku akan pulang dua minggu ke depan. Maafkan aku yang tidak bisa brkata jujur
padamu.” Wnita itu kebingungan dan mencari-cari keberadaan Ankinsannya yang
tiba-tiba menghilang dari sisinya. Padahal, masih ia ingat sebelumnya.
Ankinsannya tidur mendengkur dan bahakan samapai menginggau di sampingnya.
Di sampai rumah, Babatunde menatap
wajah bayiitu, bayi perempuan berkulit hitam manis tengan tertidur sambil
tersenyum. Tubuhnya di balutnya selembar kain panjang yang sedemikian rupaa
agar ia tidak sampai kedinginan. Dela Eden
seoarang wanita yang digambarkan dalam novel ini yang sudah digambarkan pada
ksah diatas. Jatuh tersungkur samapai wajahnya terkena pasir dan kotor. Baskom
yang dibawanya pun terlempar jauh, terisi denag pasir. Gadis kecil itu meringis
kecil menahan rasa sakit dilutut da juga telapak tangannya.
Dela Eden meningatkan saat-saat
dimasa kecil ketika ia baru saja bertemu dengan Ankinsannya. Sebuah kenangan
yang tak akan pernah terlupa samapi akhir nanti. Kata-kata terakhirnya sontak
membuat ketiganya kaget dan terengah-ngengah, secepat kilat mereka bertiga
mendatangi si lelaki bertubuh kurus hanya tinggal tulang-berulang. Kegembiraan
itu buyar seketika tatkala Ankinsannya terjatuh dari kuda, ia terjatuh pingsan
saking pinsang lemas.
Hal itulah yang melatar belakangi
banyaknya bermunculan kelompok-kelompok bajak laut di perairan Somalia.
Menjadikan Somalia terkenal dengan negeri para perompak Mereka membajak
kapal-kapal kargo yang melewati perairan tersebut, dan menyandera para awak
kapal untuk diminta tebusan. Bahkan sejumlah WNI pernah menjadi sandra
komplotan bajak laut Somalia.
Vanny
Chrisma W. penulis yang sudah menerbitkan banyak buku ini, untuk kali ini
mengangkat tema tersebut dalam novel setebal 256 halaman ini. Novel ini mencoba
menggambarkan betapa menderitanya rakyat Somalia yang selalu terkungkung dalam
penderitaan setiap hari. Mereka harus mengantri berhari-hari demi mendapatkan
semangkok bubur. Kadang-kadang malah tak kebagian karena telah habis.
Adalah
Dela Eden, seorang wanita yang tinggal di Mogadhisu, yang selalu dengan setia
menanti suaminya, Akinsanya, pulang melaut mencari ikan. Akinsanya kadang hanya
memperoleh sedikit ikan, sehingga tak ada yang bisa dijual lagi untuk membeli
beras. Sehingga mereka sekeluarga hanya makan ikan saja. Bagi Dela
Eden apapun yang mereka makan tak terlalu masalah. Baginya, Akinsanya pulang
dengan selamat saja sudah membuat dirinya bahagia.
Namun,
tidak demikian dengan suaminya. Akinsanya merasa menderita melihat keluarganya
selalu dalam kekurangan. Apalagi mereka telah mempunyai seorang anak laki-laki,
Dzigbode, yang sudah beranjak remaja. Kebutuhan keluargapun tentu semakin
bertambah besar.
Akinsanya
bersama Barack, teman melautnya, akhirnya memutuskan untuk menjadi bajak laut
tanpa sepengetahuan Dela Eden. Mereka lalu pergi ke Teluk Eden untuk menemui
sang ketua perampok, Machupa. Sang ketua perampok menerimanya dengan senang
hati, setelah Akinsanya berjanji bertaruh berani mati dalam menjalankan
tugasnya.
Lama
meninggalkan Dela Eden, membuat kerinduan Akinsanya membuncah. Dengan restu
sang ketua bajak laut, ia menemui isterinya. Karena selalu kwatir dengan
keadaan anak dan isterinya yang selalu ditinggalkan pergi, Akinsanya akhirnya
memaksa Dela Eden untuk ikut bersamanya dan tinggal bersama keluarga-keluarga
bajak laut lainnya di Teluk Eden.
Akinsanya
harus bertaruh nyawa setiap kali membajak kapal yang lewat, tetapi hasil yang
ia dapatkan tidak sesuai dengan pengorbanannya. Machupa terlalu banyak
menikmati hasil rampokannya. Karena dibawa rasa dendam, Akinsanya memutuskan
membunuh sang ketuanya itu.
Kosongnya
kursi ketua membuat rencana kerja mereka berantakan dan tak terorganisir.
Setelah mengadakan pertemuan, seluruh bajak laut sepakat mengangkat Akinsanya
menjadi ketua bajak laut yang baru. Selain berani, ia juga pintar mengatur
strategi, serta adil dalam membagi hasil rampokan.
Namun,
semenjak menjadi bajak laut sikap Akinsanya berubah pada Dela Eden. Sikapnya
yang dulu lembut dan penyayang, kini sering berbuat kasar dengan memukul
isterinya, bengis, dan semena-mena pada Dela Eden. Tetapi, karena rasa
sayangnya pada suaminya, Dela Eden rela menanggung itu semua. Walau sejujurnya,
ia lebih menyukai kehidupan yang dulu ketika hidup dalam kemiskinan dan
kekurangan.
Novel
yang di tulis dengan deskripsi dan narasi yang memukau serta detail membuat
cerita ini terasa begitu nyata. Ketika membaca novel ini, kita seolah-olah di
ajak pergi ke Teluk Eden. Kita dapat merasakan bagaimana
gelombang batin Dela Eden menjadi isteri seorang bajak laut. Kita juga akan
terbawa rasa miris melihat bagaimana rakyat Somalia berjuang hidup dalam garis
kemiskinan. Satu pesan yang dapat kita ambil dalam novel ini, bahwa kemiskinan
selalu bisa membuat siapapun berbuat nekat demi untuk bertahan hidup.
Pada akhirnya pembaca novel ini
pasti mendapatkan sebuah pelajaran hidup dan gambaran hidup tentang kehidupan
di Negara Somalia. Dalam Novel ini juga mempunyai kelebihan yang mungkin membuat pembaca galau. Kefeminiman merupakan
gambaran yag digambarkan dalam kisah ini. Cara mempertahankan kehidupan dengan
semua usaha yang diakukan. Disamping itu sebuah keteguhan hati seorang orang
istri. Dan yang paling menarik adalah prinsip dari kehidupan dari warga
Somalia. Yaitu dengan prinsip daripada dijajah, mending menjajah.
Dimana saya bisa beli novel ini ya, saya search smua stok hbs, mohon bantuannya
BalasHapusDimana saya bisa beli novel ini ya, saya search smua stok hbs, mohon bantuannya
BalasHapus