Minggu, 25 Januari 2015

Bedah Buku Novel Secuil Hati Wanita di Teluk Eden

Secuil Hati Wanita di Teluk Eden

 Ruang senja, diatas bebatuan karang ia berdiri menanti sambil tangan kanannya mengelus-ngelus perutnya yang sedikit membuncit. Wajahnya menatap ke langit semesta yang menyitakan cahaya senja disore hari menjelang malam tiba. Sesekali ia menghela napas pelan, saat merasa sesuatu itu menendang-menendang didalam perutnya. Kemudian ia tersenyum lebar, memperlihatkan sederet giginya yang putih sedikit kontras dengan warna kulitnya. Ungkapan diatas merupakan gambaran dari novel ini yang mengisahkan seorang wanita yang sedang hamil menanti seorang suaminya.

Sebelum saya menceritkan isi dari cerita ini, pertama saya akan ceritakan penulis novel ini. Dia adalah Fani Krismawati atau Vanny Chrisma W. lahir pada 4 Desember 1983 di Sidoarjo, Jawa Timur. Anak keempat dari lima bersaudara ini pernah kuliah di STIE Perbanas, Surabaya. Hobinya adalah membaca buku apa saja yang bisa menambah ilmu. Wanita cantik memang suka menulis sudah dari SMP.

Selain membaca, ia sangat menyukai dunia menulis. Novelnya yang sudah terbit adalah Déjà Vu (Sheila), Wo Ai Ni Allah (DIVA Press, 2008), Madah Cinta Shalihah (DIVA Press, 2008), Hati Jasmine (DIVA Press, 2008),Maimunah (DIVA Press, 2009), Cantik (DIVA Press, 2009), dan Menjadi Tua dan Tersisih (DIVA Press, 2009).

Dalam novel ini dikisahkan sebuah cerita manusia yang digambar terjebak dalam kemiskinan membuat banyak rakyat Somalia menderita kelaparan. Pekerjaan sehari-hari sebagai nelayan pencari ikan tak mampu mengubah nasib buruk mereka. Anak-anak dan orang tua menderita kekurangan gizi. Tubuh mereka kurus, hanya tinggal kulit tipis yang membalut tulang.

Hal itulah yang melatar belakangi banyaknya bermunculan kelompok-kelompok bajak laut di perairan Somalia. Menjadikan Somalia terkenal dengan negeri para perompak Mereka membajak kapal-kapal kargo yang melewati perairan tersebut, dan menyandera para awak kapal untuk diminta tebusan. Bahkan sejumlah WNI pernah menjadi sandra komplotan bajak laut Somalia.

            Vanny Chrisma W. penulis yang sudah menerbitkan banyak buku ini, untuk kali ini mengangkat tema tersebut dalam novel setebal 256 halaman ini. Novel ini mencoba menggambarkan betapa menderitanya rakyat Somalia yang selalu terkungkung dalam penderitaan setiap hari. Mereka harus mengantri berhari-hari demi mendapatkan semangkok bubur. Kadang-kadang malah tak kebagian karena telah habis.

            Adalah Dela Eden, seorang wanita yang tinggal di Mogadhisu, yang selalu dengan setia menanti suaminya, Akinsanya, pulang melaut mencari ikan. Akinsanya kadang hanya memperoleh sedikit ikan, sehingga tak ada yang bisa dijual lagi untuk membeli beras. Sehingga  mereka sekeluarga hanya makan ikan saja. Bagi Dela Eden apapun yang mereka makan tak terlalu masalah. Baginya, Akinsanya pulang dengan selamat saja sudah membuat dirinya bahagia. (hal. 16-22).
            Namun, tidak demikian dengan suaminya. Akinsanya merasa menderita melihat keluarganya selalu dalam kekurangan. Apalagi mereka telah mempunyai seorang anak laki-laki, Dzigbode, yang sudah beranjak remaja. Kebutuhan keluargapun tentu semakin bertambah besar.

            Akinsanya bersama Barack, teman melautnya, akhirnya memutuskan untuk menjadi bajak laut tanpa sepengetahuan Dela Eden. Mereka lalu pergi ke Teluk Eden untuk menemui sang ketua perampok, Machupa. Sang ketua perampok menerimanya dengan senang hati, setelah Akinsanya berjanji bertaruh berani mati dalam menjalankan tugasnya. (hal. 35-44).

            Lama meninggalkan Dela Eden, membuat kerinduan Akinsanya membuncah. Dengan restu sang ketua bajak laut, ia menemui isterinya. Karena selalu kwatir dengan keadaan anak dan isterinya yang selalu ditinggalkan pergi, Akinsanya akhirnya memaksa Dela Eden untuk ikut bersamanya dan tinggal bersama keluarga-keluarga bajak laut lainnya di Teluk Eden.

            Akinsanya harus bertaruh nyawa setiap kali membajak kapal yang lewat, tetapi hasil yang ia dapatkan tidak sesuai dengan pengorbanannya. Machupa terlalu banyak menikmati hasil rampokannya. Karena dibawa rasa dendam, Akinsanya memutuskan membunuh sang ketuanya itu. (hal. 182-188).

            Kosongnya kursi ketua membuat rencana kerja mereka berantakan dan tak terorganisir. Setelah mengadakan pertemuan, seluruh bajak laut sepakat mengangkat Akinsanya menjadi ketua bajak laut yang baru. Selain berani, ia juga pintar mengatur strategi, serta adil dalam membagi hasil rampokan.

            Namun, semenjak menjadi bajak laut sikap Akinsanya berubah pada Dela Eden. Sikapnya yang dulu lembut dan penyayang, kini sering berbuat kasar dengan memukul isterinya, bengis, dan semena-mena pada Dela Eden. Tetapi, karena rasa sayangnya pada suaminya, Dela Eden rela menanggung itu semua. Walau sejujurnya, ia lebih menyukai kehidupan yang dulu ketika hidup dalam kemiskinan dan kekurangan.

            Novel yang di tulis dengan deskripsi dan narasi yang memukau serta detail membuat cerita ini terasa begitu nyata. Ketika membaca novel ini, kita seolah-olah di ajak  pergi ke Teluk Eden.  Kita dapat merasakan bagaimana gelombang batin Dela Eden menjadi isteri seorang bajak laut. Kita juga akan terbawa rasa miris melihat bagaimana rakyat Somalia berjuang hidup dalam garis kemiskinan. Satu pesan yang dapat kita ambil dalam novel ini, bahwa kemiskinan selalu bisa membuat siapapun berbuat nekat demi untuk bertahan hidup.

            Pertumbuhan darah yang terus terjadi akibat persaingan sesama preman bersenjata diberbagai wialyah Somalia. Di mana preman-preman bersenjata merampok dan memperkosa tanpa bisa diadili. Akinsanya menyenyitkan alis, menatap seraut wajah hitam Baracck serata sederet giginya yang menguning. Entah, tak seperti biasanya Baracck tampak jauh lebih ceria dari biasanya.

            Demi bertahan hidup agar tidak mati kelaparan, ibunya rela berjalan vdengan perut melilit sekadar mendapatkan antrean makanan yang diadakan di perbatasan pantai. Aku tidak akan pernah menelantarkan kalian. Ankinsannya brrjanji demi Allah, tidak akan pernah menelantarkan kalian berdua. “ Manchupa itu adalah kapten bajak laut yang terkenal suka mabuk-mabukan. Jika kau ingin diperlakukan baik olehnya, maka jadikannya dirimu seperti seseorang budak”. Ankinsannya merasa terhorok dan malu karena ia seperti baru saja d[permalukan di depan orang banayak. Wjah memerah, sedang ia terus merasa tersinggung menghadapi tiap pernyataan yang seakan tiada habisnya. “ Suadah siapkah dirimu menjadi perompak? Tugas ini bykanlah tugas yang sepele. Ini tugas membawa nyawa. Jika keberuntungan terus besertamu, au akan tetap selanat dam hidup.” Disini tertera kata-kata yang orang Somalia katakana sebagai prinsip kehidupan mereka setiap hari. Prinsip orang Somalia adalah kita telah lama tertindas. Jika tidak ingin lebih tertindas lagi oleh mereka orang asing, maka kita harus merombakkan diri menjadi terlihat lebih Gerang sehngga sehingga trsakiti.

            Dalam kehidupan mereka yang serba kakurangan, ternyata masih ada rasa saying yang amat dalam. Seperti Ankinsannya berkata pada sang istri, “ Maafkan akau, saying. Ini demi perubahan hidup kita. Aku akan pulang dua minggu ke depan. Maafkan aku yang tidak bisa brkata jujur padamu.” Wnita itu kebingungan dan mencari-cari keberadaan Ankinsannya yang tiba-tiba menghilang dari sisinya. Padahal, masih ia ingat sebelumnya. Ankinsannya tidur mendengkur dan bahakan samapai menginggau di sampingnya.
            Di sampai rumah, Babatunde menatap wajah bayiitu, bayi perempuan berkulit hitam manis tengan tertidur sambil tersenyum. Tubuhnya di balutnya selembar kain panjang yang sedemikian rupaa agar  ia tidak sampai kedinginan. Dela Eden seoarang wanita yang digambarkan dalam novel ini yang sudah digambarkan pada ksah diatas. Jatuh tersungkur samapai wajahnya terkena pasir dan kotor. Baskom yang dibawanya pun terlempar jauh, terisi denag pasir. Gadis kecil itu meringis kecil menahan rasa sakit dilutut da juga telapak tangannya.

            Dela Eden meningatkan saat-saat dimasa kecil ketika ia baru saja bertemu dengan Ankinsannya. Sebuah kenangan yang tak akan pernah terlupa samapi akhir nanti. Kata-kata terakhirnya sontak membuat ketiganya kaget dan terengah-ngengah, secepat kilat mereka bertiga mendatangi si lelaki bertubuh kurus hanya tinggal tulang-berulang. Kegembiraan itu buyar seketika tatkala Ankinsannya terjatuh dari kuda, ia terjatuh pingsan saking pinsang lemas.

Hal itulah yang melatar belakangi banyaknya bermunculan kelompok-kelompok bajak laut di perairan Somalia. Menjadikan Somalia terkenal dengan negeri para perompak Mereka membajak kapal-kapal kargo yang melewati perairan tersebut, dan menyandera para awak kapal untuk diminta tebusan. Bahkan sejumlah WNI pernah menjadi sandra komplotan bajak laut Somalia.

            Vanny Chrisma W. penulis yang sudah menerbitkan banyak buku ini, untuk kali ini mengangkat tema tersebut dalam novel setebal 256 halaman ini. Novel ini mencoba menggambarkan betapa menderitanya rakyat Somalia yang selalu terkungkung dalam penderitaan setiap hari. Mereka harus mengantri berhari-hari demi mendapatkan semangkok bubur. Kadang-kadang malah tak kebagian karena telah habis.

            Adalah Dela Eden, seorang wanita yang tinggal di Mogadhisu, yang selalu dengan setia menanti suaminya, Akinsanya, pulang melaut mencari ikan. Akinsanya kadang hanya memperoleh sedikit ikan, sehingga tak ada yang bisa dijual lagi untuk membeli beras. Sehingga  mereka sekeluarga hanya makan ikan saja. Bagi Dela Eden apapun yang mereka makan tak terlalu masalah. Baginya, Akinsanya pulang dengan selamat saja sudah membuat dirinya bahagia.

            Namun, tidak demikian dengan suaminya. Akinsanya merasa menderita melihat keluarganya selalu dalam kekurangan. Apalagi mereka telah mempunyai seorang anak laki-laki, Dzigbode, yang sudah beranjak remaja. Kebutuhan keluargapun tentu semakin bertambah besar.

            Akinsanya bersama Barack, teman melautnya, akhirnya memutuskan untuk menjadi bajak laut tanpa sepengetahuan Dela Eden. Mereka lalu pergi ke Teluk Eden untuk menemui sang ketua perampok, Machupa. Sang ketua perampok menerimanya dengan senang hati, setelah Akinsanya berjanji bertaruh berani mati dalam menjalankan tugasnya.

            Lama meninggalkan Dela Eden, membuat kerinduan Akinsanya membuncah. Dengan restu sang ketua bajak laut, ia menemui isterinya. Karena selalu kwatir dengan keadaan anak dan isterinya yang selalu ditinggalkan pergi, Akinsanya akhirnya memaksa Dela Eden untuk ikut bersamanya dan tinggal bersama keluarga-keluarga bajak laut lainnya di Teluk Eden.

            Akinsanya harus bertaruh nyawa setiap kali membajak kapal yang lewat, tetapi hasil yang ia dapatkan tidak sesuai dengan pengorbanannya. Machupa terlalu banyak menikmati hasil rampokannya. Karena dibawa rasa dendam, Akinsanya memutuskan membunuh sang ketuanya itu.

            Kosongnya kursi ketua membuat rencana kerja mereka berantakan dan tak terorganisir. Setelah mengadakan pertemuan, seluruh bajak laut sepakat mengangkat Akinsanya menjadi ketua bajak laut yang baru. Selain berani, ia juga pintar mengatur strategi, serta adil dalam membagi hasil rampokan.

            Namun, semenjak menjadi bajak laut sikap Akinsanya berubah pada Dela Eden. Sikapnya yang dulu lembut dan penyayang, kini sering berbuat kasar dengan memukul isterinya, bengis, dan semena-mena pada Dela Eden. Tetapi, karena rasa sayangnya pada suaminya, Dela Eden rela menanggung itu semua. Walau sejujurnya, ia lebih menyukai kehidupan yang dulu ketika hidup dalam kemiskinan dan kekurangan.

            Novel yang di tulis dengan deskripsi dan narasi yang memukau serta detail membuat cerita ini terasa begitu nyata. Ketika membaca novel ini, kita seolah-olah di ajak  pergi ke Teluk Eden.  Kita dapat merasakan bagaimana gelombang batin Dela Eden menjadi isteri seorang bajak laut. Kita juga akan terbawa rasa miris melihat bagaimana rakyat Somalia berjuang hidup dalam garis kemiskinan. Satu pesan yang dapat kita ambil dalam novel ini, bahwa kemiskinan selalu bisa membuat siapapun berbuat nekat demi untuk bertahan hidup.

            Pada akhirnya pembaca novel ini pasti mendapatkan sebuah pelajaran hidup dan gambaran hidup tentang kehidupan di Negara Somalia. Dalam Novel ini juga mempunyai kelebihan yang  mungkin membuat pembaca galau. Kefeminiman merupakan gambaran yag digambarkan dalam kisah ini. Cara mempertahankan kehidupan dengan semua usaha yang diakukan. Disamping itu sebuah keteguhan hati seorang orang istri. Dan yang paling menarik adalah prinsip dari kehidupan dari warga Somalia. Yaitu dengan prinsip daripada dijajah, mending menjajah.


2 komentar:

  1. Dimana saya bisa beli novel ini ya, saya search smua stok hbs, mohon bantuannya

    BalasHapus
  2. Dimana saya bisa beli novel ini ya, saya search smua stok hbs, mohon bantuannya

    BalasHapus