BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Besi cor merupakan salah satu jenis logam tertua dan
murah yang pernah ditemukan umat manusia di antara sekian banyak logam yang
ada. Logam ini memiliki banyak aplikasi, sekitar 80 persen mesin kendaraan
terbuat dari besi cor.
Besi cor pada dasarnya merupakan paduan eutektik dari
besi dan karbon. Dengan demikian temperature lelehnya relative rendah, sekitar
1200 celcius. Temperature leleh yang rendah sangat menguntungkan, karena mudah
dicairkan, sehingga pemakaian bahan bakar atau energy lebih hemat dan murah.
Selain itu dapur peleburan dapat di bangun dengan lebih sederhana.
Besi cor
merupakan paduan Besi-Karbon dengan kandungan C diatas 2% (pada umumnya sampai
dengan 4%). Paduan ini memiliki sifat mampu cor yang sangat baik namun memiliki
elongasi yang relatif rendah. Oleh karenanya proses pengerjaan bahan ini tidak
dapat dilakukan melalui proses pembentukan, melainkan melalui proses pemotongan
(pemesinan) maupun pengecoran.
1.2
Tujuan
penulisan makalah
1. Mahasiswa
dapat memahami karakteristik dan pengertian Besi cor
2. Mahasiswa
dapat memahami jenis dan sifat besi cor
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Definisi Besi Cor
Besi cor
merupakan salah satu jenis logam tertua dan murah yang pernah ditemukan umat
manusia di antara sekian banyak logam yang ada. Logam ini memiliki banyak
aplikasi, sekitar 80 persen mesin kendaraan terbuat dari besi cor.
Besi cor
pada dasarnya merupakan paduan eutektik dari besi dan karbon. Dengan demikian
temperature lelehnya relative rendah, sekitar 1200 celcius. Temperature leleh
yang rendah sangat menguntungkan, karena mudah dicairkan, sehingga pemakaian
bahan bakar atau energy lebih hemat dan murah. Selain itu dapur peleburan dapat
di bangun dengan lebih sederhana.
Besi cor
cair memiliki mampu tuang atau mampu cor yang tinggi, sehingga memiliki
kemampuan mengisi cetakan yang rumit sekalipun. Ditinjau dari desain produk,
besi cor merupakan bahan yang serba guna dan murah.
Bisi cor
umumnya mengandung unsure silicon antara 1 – 3 persen. Dengan kandungan sebesar
ini, silicon mampu meningkatkan kekuatan besi cor melalui penguatan fasa ferit.
Besi cor dengan kadar karbon antara 2 – 3 persen dan dengan kandungan
silicon tersebut memiliki tempertur leleh eutektik lebih rendah.
Kehadiran
silicon dalam besi cor mengakibatkan terjadinya dekomposisi karbida menjadi
besi dan grafit:
Fe3C
—-Si–> 3Fe + C (grafit)
Proses
dekomposisi ini disebabkan oleh sifat Fe3C yang metastabil.
Dekomposisi ini disebut grafitisasi yang menghasilkan grafit dalam besi
cor.
2.2
Jenis- jenis besi cor
Jenis-jenisbesicoryaitu :
1
Besi Cor
Kelabu, Gray Cast Iron
Besi cor kelabu memiliki kandungan silicon relative
tinggi yaitu antara satu sampai tiga persen. Dengan silicon sebesar ini, besi
cor akan membentuk garfit dengan mudah, sehingga fasa karbida Fe3C
tidak terbentuk. Grafit serpih besi cor ini terbentuk saat proses pembekuan.
Besi cor kelabu memiliki kandungan karbon antara 2,5 – 4,0 persen, dan kandungan mangan antara 0,2 – 1,0 persen. Sedangkan kandungan fosfor antara 0,002 – 1,0 persen, dan sulfur antara 0,02 – 0,025 persen.
Gambar 2.2.1 : Struktur
Mikro Besi Cor Kelabu
Salah satu
Karekteristik dari besi cor ini adalah bidang patahannya. Patahan terjadi
dengan rambatan yang melintasi satu serpih ke serpih yang lainnya. Karena
sebagian besar permukaan patahan melintasi serpih-serpih grafit, maka
permukaannya berwarna kelabu. Untuk itu disebut besi cor kelabu, besi cor ini memiliki kapasitas peredaman tinggi.
Perlakuan
panas yang dialami oleh besi cor kelabu dapat mengahasilkan besi cor dengan
struktur yang berbasis pada fasa feritik, perlitik, atau martensitik. Dengan
sifat-sifat yang dimilikinya, besi cor ini lebih banyak digunakan sebagai
landasan mesin, poros penghubung, dan alat berat.
2
Besi Cor
Nodular, Nodular Cast Iron
Besi cor nodular dibuat dengan menambahkan sedikit unsure magnesium atau serium. Penambahan unsure ini menyebabkan bentuk grafit besi cor menjadi nodular, atau bulat, atau speroid. Perubahan bentuk grafit ini diikuti dengan perubahan keuletan. Keulutan besi cor naik. Maka dari itu, besi cor nodular disebut besi cor ulet. Besi cor ini memiliki keuletan antara 10 – 20 persen.
Gambar 2.2.2 : Besi Cor Nodular
Besi cor
nodular memiliki kandungan karbon antara 3,0 – 4,0 persen, kandungan silicon
antara 1,8 – 2,8 persen dan mangan antara 0,1 – 1,0 persen. Sedangkan kandungan
fosfornya antara 0,01 – 0,1 persen, dan sulfur antara 0,01 – 0,03 persen.
Perlakukan
panas yang diterapkan pada besi cor nodular akan menghasilkan besi cor ferit,
perlit atau martensit temper. Dengan sifat yang dimilikinya, besi cor ini
banyak digunakan untuk aplikasi poros engkol, pipa dan suku cadang khusus.
3
Besi Cor
Putih, White Cast Iron.
Besi cor
putih dibuat dengan pendinginan yang sangat cepat. Pada laju pendinginan yang
cepat akan terbentuk karbida Fe3C yang metastabil dan karbon tidak
memiliki kesempatan untuk membentuk grafit. Karbida yang terbentuk mencapai
sekitar 30 persen volume.
Besi cor putih mengandung karbon antara 1,8 – 3,6 persen, dan kandungan mangan antara 0,25 – 0,80 persen. Sedangkan kandungan fosfornya antara 0,06 – 0,2 persen, dan sulfur antara 0,06 – 0,2 persen.
Gambar 2.2.3 : Besi Cor Putih
Besi cor ini
memiliki sifat yang getas, namun memiliki kekerasan yang tinggi. Sifat yang
dimilikinya menyebabkan besi cor ini lebih aplikatif untuk suku cadang yang
mensyaratkan ketahanan aus tinggi.
4
Besi Cor
Mampu Tempa, Malleable Cast Iron
Besi Cor
mampu tempa dibuat dari besi cor putih dengan menerapkan suatu perlakuan panas.
Perlakuan panas yang diterapkan pada besi cor putih umumnya adalah anil. Dengan
perlakukan ini fasa-fasa karbida Fe3C akan terdekomposisi menjadi
besi dan grafit. Grafit yang terbentuk tidak serpih atau bulat, namun berbentuk
gumpalan grafit yang tidak memiliki tepi-tepi tajam.
Besi cor
mampu tempa memiliki kandungan karbon antara 2,2 – 2,9 persen, kandungan
silicon antara 0,9 – 1,9 persen, dan mangan antara 0,15 – 1,2 persen. Sedangkan
kandungan fosfor nya antara 0,02 – 0,2 persen dan sulfur antara 0,02 – 0,2
persen.
Gambar 2.2 4 : Besi Cor Mampu Tempa
Perlakuan
panas yang dialaminya dapat membentuk besi cor berfasa feritik, perlitik atau
martensit temper. Perubahan struktur pada laku panas diikuti juga dengan
perubahan sifat mekaniknya. Besi cor ini memiliki keuletan yang tinggi dan
mampu tempa yang baik. Oleh kerena itu disebut Besi cor mampu tempa. Besi
cor ini umumnya digunakan untuk perkakas dan alat-alat kereta api,
Jenis dari
ketiga besi cor tersebut sangat tergantung dari kandungan dan komposisi antara
C dan Si serta laju pendinginannya, dimana laju pendinginan yang tinggi akan
menghasilkan struktur besi cor putih sedangkan laju pendinginan yang lambat
akan menghasilkan pembekuan kelabu.
Didaerah ujung
kiri sampel, karena pada bagian tersebut merupakan media cetakan logam akan
membeku secara cepat dan menghasilkan struktur ledeburit yang keras, sedangkan
didaerah ujung kanan yang menggunakan media cetak pasir yang menghasilkan laju
pembekuan lambat menghasilkan struktur kelabu. Didaerah tengah yang merupakan
daerah transisi keduanya terdapat struktur meliert.
Paduan biner
Besi-Karbon pada pendinginan normal akan membeku secara metastabil sehingga
pada pada komposisi hipoeutektik akan menghasilkan struktur ledeburit (perlit +
sementit sekunder), sedangkan pada komposisi hipereutektik terdiri dari
sementit primer dan ledeburit. Barulah pada laju pendinginan yang amat sangat
lambat, atau dengan kandungan Si yang cukup tinggi, pembekuan akan berlangsung secara
stabil, dimana sementit (Fe3C/besikarbida) pada temperatur tinggi
akan terurai sebagai berikut:
Fe3C –> 3Fe + C
Dalam hal
ini C merupakan unsur elementer yang berkoloni membentuk grafit (penggrafitan
tak langsung), serta tidak menutup kemungkinan bahwa grafit telah pula
terbentuk langsung dari cairan (penggrafitan langsung). Dengan demikian paduan
tidak lagi menganut sistem Besi-Besikarbida, melainkan Besi-Grafit.
Pada
kenyataannya, dikarenakan oleh berbagai hal, kristalisasi dari besi cor kelabu
berlangsung tidak demikian, dan bagian-bagian dari struktur tidak dapat dengan
mudah dibatasi sebagaimana pada besi cor putih.
Akibat dari
terjadinya undercooling, terdapat sebagian kecil dari karbon yang
tertransformasi menjadi besikarbid setelah sebagian besar dari cairan
tertransformasi menjadi besi dan grafit. Pembentukan grafit sangat tergantung
dari jumlah inti-inti grafit. Sementara itu grafit memiliki kecenderungan kuat
untuk saling mengelompok serta menjadi bentuk lembaran-lembaran grafit.
Sistem Metastabil
(Fe-Fe3C)
|
Sistem Stabil (Fe-C)
|
Ledeburit
(austenit + sementit)
|
Grafit
eutektik (austenit + grafit)
|
Perlit
(ferit + sementit)
|
Grafit
eutektoid (ferit + grafit)
|
Sementit
primer (sepanjang garis CD)
|
Grafit
primer (sepanjang garis C’D')
|
Sementit sekunder
(sepanjang garis SE)
|
Grafit
segregat (sepanjang garis S’E')
|
Tabel 1.
Perbandingan struktur pada sistem metastabil dengan stabil
Peristiwa
ini terjadi pada saat sisa cairan mencapai konsentrasi eutektiknya yang diikuti
dengan segregasi grafit, dimana pada stiap laju pendingainan yang lebih rendah,
maka pertumbuhan lembaran grafit tersebut akan semakin kasar, bahkan hingga
menjadi grafit batas butiran.
Gambar 2.2.5 : Grafit eutektik pada besi cor kaya Si.
Non-etsa.
Gambar 2.2.6 : Grafit batas butiran.
Non-etsa.
Grafit yang
halus dapat dicapai pada besi cor dengan kandungan Si sangat tinggi (lebih
kurang 4%) dan melalui proses pendinginan yang cepat. Selain dari itu,
perlakuan-perlakuan peleburan maupun karena pengaruh dari terdapatnya
unsur-unsur lainnya dapat pula mempengaruhi pertumbuhan dari grafit. Suatu
penahanan yang lama pada temperatur diatas Tliq akan menyebabkan
terjadinya pengahalusan grafit sebagai akibat dari penghancuran kumpulan
grafit.
Gambar 2.2.7 : Grafit Nester pada besi cor kaya P. Non-etsa.
2.3
Struktur Besi Cor
Bentuk-bentuk
grafit dinyatakan dengan angka romawi I sampai dengan VII sebagaimana
ditunjukkan pada gambar 6 dan 7.
Gambar 2.3 : Standar bentuk
grafit menurut ASTM-Spezifikation A 247.
(I = Grafit
Bulat, IV = Grafit Vermikular, VII = Grafit Lamelar)
Sedangkan
sebaran grafit khususnya untuk bentuk I dinyatakan dengan huruf kapital A
sampai E sebagaimana ditunjukkan pada gambar 8.
Gambar 2.3.1 : Standar sebaran grafit menurut VDG-Merkblatt P441.
Grafit
A :
|
Grafit
eutektik lamelar (grafit lamelar yang tersebar secara merata dan seragam).
|
Grafit
B :
|
Grafit
mawar (Rosette).
|
Grafit
C :
|
Grafit
kasar (grafit primer) yang tersebar diantara grafit-grafit eutektik. Umumnya
terdapat pada komposisi besi cor hipereutektik.
|
Grafit D :
|
Grafit
interdenditrik (grafit undercooling). Umumnya terjadi pada komposisi
besi cor hipoeutektik.
|
Grafit
E :
|
Grafit
interdendritik yang terurai. Umumnya terjadi pada komposisi besi cor
hipoeutektik.
|
Sejak berhasilnya
pembulatan grafit dalam besi cor, berbagai bentuk rafi mulai diamati antara
bentuk sepih dengan bentuk bulat, maka pada Kongres Pengecoran Internasional
pada tahun 1962, bentuk-bentuk grafit tersebut diklasifikasikan seperti
ditunjukan dalam Gb. 2.42. Bentuk I adalah grafit serpih yang biasa, bentuk II
bentuk grafit yang berujung runcing yang biasa terjadi kalau kelebihan unsur
pembulat, bentuk III untuk grafit yang berujung bulat yang biasa terjadi bila
unsur pembulat tidak cukup , ini disebut grafit serpih palsu grafit berbentuk
cacing. Bentuk IV untuk grafit gumpalan yang bbiasa terjadi pada besi cor
meleabel perapian hitam dan bentuk V adalah bentuk grafit nodular.
2.4 Klasifikasi besi cor
Umumnya besi cor akan mengandung unsur Fe dan C [3,5% - 4,3%]. Besi cor,
diklasifikasikan menjadi :
a.
Besi cor putih (white
cast iron) Besi cor putih mempunyai fasa sementid+perlit sehingga mempunyai
sifat keras dan getas.
b.
Besi cor kelabu (grey
cast iron) Unsur penyusun dari besi cor kelabu yakni : Fe + C + Silikon
(Si).dengan sifat : agak getas yang dikarenakan ujung-ujung grafit berbentuk
serpih tajam, akibatnya konsentrasi tegangan tinggi sehingga mudah patah.
c.
Besi cor bergrafit bulat
(ductile cast iron atau noduler cast iron) Unsur penyusun dari besi cor bergrafit
bulat yakni : Fe + C + Si + Mg / Ce.Penambahan Mg atau Ce bertujuan untuk
“melunakan” grafit menjadi bulat sehingga konsentrasi tegangan sedikit sekali
(besi cor bersifat ulet).
d.
Besi cor mampu tempa
(malleable cast iron) Untuk membuat besi cor mampu tempa dapat dibuat dengan
memanaskan besi cor putih hingga mencapai suhu 700 Derajat Celcius selama 30
Jam. Hal ini bertujuan agar sementid terturai menjadi Fe (ferit) dan C
(grafit). Grafit yang dihasilkan berbentuk pipih.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Pembekuan Besi cor
Secara umum
proses pembekuan dari besi cor dengan kandungan C antara 2% sampai 4% adalah
sebagai berikut: Dari cairan (kemungkinan pada saat ini telah terdapat
inti-inti grafit) akan terbentuk kristal g-primer yang dengan demikian konsntrasi
C didalam sisa cairan akan meningkat menuju kekomposisi eutektik. Sisa cairan
kemudian akan tertransformasi secara eutektik menjadi ledeburit dan sejumlah
grafit.
Pada
pendinginan selanjutnya sementit pada ledeburit akan tertransformasi menjadi austenit
dan grafit dan untuk selanjutnya grafi-grafit akan tersegregasi keluar dari
austenit (serpanjang garis E’S’ diagram biner Besi-Karbon). Grafit-grafit
sekunder ini terbentuk menempel pada grafit primer yang oleh karenanya tumbuh
semakin besar.
Akhirnya,
pada pendinginan stadium 3, terjadilah transformasi eutektoid dimana kristal g
(austenit) akan berubah menjadi perlit. Ketika pendinginan berlanjut
(temperatur sesaat setelah 720 oC), sebagian dari perlit juga akan
terurai menjadi ferit dan grafit yang sebagaimana grafit terdahulu tumbuh
menempel pada grafit-grafit yang telah ada, sehingga akhirnya ferit yang
terbentuk akan selalu berada disekitar grafit (awan ferit).
Hal yang
sangat penting sehubungan dengan struktur dasar (matriks) besi cor adalah pengaruh
unsur Si terhadap besikarbida (Fe3C), dimana Si akan mengakibatkan
besikarbida terurai menjadi besisilikat dan karbon (grafit) sebagaimana reaksi
berikut:
Fe3C
+ Si –> Fe3Si + C
Kandungan Si
yang tinggi memiliki pengaruh yang mirip dengan kandungan C yang dinaikkan
serta mengakibatkan perlambatan laju pendinginan sehingga mengarah ke sistim
stabil Besi-Grafit.
Gambar 3.1 : Diagram besi
cor menurut Maurer.
Maurer
mengembangkan suatu diagram besi cor dengan kandungan C dan Si berbeda-beda
pada suatu laju pendinginan tertentu (yaitu pada spesimen cor diameter 30 mm)
yang memperlihatkan perbedaan matriks pada setiap kandungan C dan Si.
Kandungan C
dan si yang rendah akan menyebabkan terjadinya pembekuan putih dengan struktur
ledeburitnya (gambar 10). Peningkatan kandungan Si akan menyebabkan struktur
yang terjadi adalah perlit dengan sebaran grafit lamelar diantaranya
Gambar 3.1.1 : Besi cor putih.
(Ledeburit +
perlit)
Gambar 3.1.2 : Besi cor
perlitik.(Perlit +
grafit)
Apabila kandungan Si lebih tinggi
lagi, maka akan diperoleh struktur besi cor ferit-perlit dan grafit. Sedangkan
pada kandungan C tinggi dengan Si rendah akan terjadi struktur meliert yang
terdiri dari ledeburit, perlit dan sedikit grafit
Gambar 3.1.3 : Besi cor
ferit-perlit.
Gambar 3.1.4 : Besi cor meliert.
Sebaliknya
dari unsur Si yang menyebabkan stabilitas besikarbida menurun, maka unsur Mn
justru meningkatkannya. Stabilitas karbida menjadi tinggi dengan terbentuk
sebagai karbida campuran (Fe, Mn)3C. Oleh karena itu kandungan Mn
didalam besi cor dibatasi antara 0.3% – 1.2%. Adanya Mn didalam besi cor akan
mebuat karbida dalam perlit menjadi halus akibat dari berkurangnya transformasi
g/a. Kandungan Mn yang semakin tinggi, sebagaimana pada baja, akan membentuk
struktur menjadi martensit atau bahkan austenit.
Kandungan
unsur S (belerang) dalam besi cor diijinkan hingga 1.2%. Tidak seperti halnya
pada baja, unsur ini tidak berpengaruh terlalu penting, mengingat kandungan Mn
yang cukup tinggi dapat mengingat unsur S ini menjadi MnS (mangansulfid) yang
tidak berpengaruh buruk.
Kandungan P
pada besi cor normal diijinkan sebesar 0.1% – 0.6%. Unsur ini memiliki efek
meningkatkan fluiditas besi cor cair sehingga mampu mengisi rongga-rongga
cetakan yang tipis, serta meningkatkan ketahanan geseknya. Besi g (austenit),
Fe3C dan Fe3P pada temperatur 950 oC akan
membentuk eutektikum yang disebut Pospideutektikum (steadit) yang mengandung
2.4% C dan 6.89% P. stedit inilah yang menyebabkan besi cor menjadi tahan
terhadap beban gesek.
Gambar 3.1.5 : Steadit didalam struktur besi cor perlitik.
Gambar 3.1.6 :Stedit kasar didalam struktur besi cor
perlitik.
3.2Apliksi Besi cor pada mesin alat berat
Ø Besi
cor Klabu :
Landasan Mesin, poros penghubung, blok mesin
Ø Besi
cor nodular :Poros
engkol pipa
Ø Besi
cor putih :
sukucadang
Ø Besi
cor mampu tempa : spare part
berukuran kecil, alat-alat kreta api
Ø Besicorbergrafit
bulat : :
batang torak kompresor, penjepit kreta api
3.3 Kelebihan dan Kekurangan Besi Cor
Dibandingkan
dengan baja cor, ada beberapa keunggulan besi
cor ini, misalnya:
•
Hasilnya
akan lebih murah dibandingkan dengan baja cor
•
Temperatur
peleburan lebih rendah, oleh karena
itu “Dapur Kupola” dapat dipakai.
•
Besi
tuang cair akan lebih baik mengalirnya, sehingga dapat mengisi
rongga-rongga cetakan (mould) dengan lebih
sempurna.
•
Hasilnya
siap untuk dikerjakan lebih lanjut.
•
Menghasilkan
kombinasi kekuatan tarik dan tekan yang baik
•
Tahan
terhadap keausan, gerusan, dll.
•
Tidak
berkarat.
Dibandingkan
dengan baja cor, ada beberapa kekurangan besi cor ini, misalnya:
•
Tidak
dapat di tempa.
•
Tidak
dapat disambung dengan paku keling atau dilas, dua buah besi tuang hanya dapat
disambung dengan baut dan sekrup.
•
Tidak
dapat diberi muatan magnet
•
Getas
sehingga tidak dapat menahan lenturan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Besi cor
pada dasarnya merupakan paduan eutektik dari besi dan karbon. Dengan demikian
temperature lelehnya relative rendah, sekitar 1200 celcius. Temperature leleh
yang rendah sangat menguntungkan, karena mudah dicairkan, sehingga pemakaian
bahan bakar atau energy lebih hemat dan murah.
Dari warna
patahan, dapat dibedakan 3 jenis besi cor yaitu Besi Cor Putih yang terdiri dari struktur ledeburit (coran keras),
struktur campuran antara perlit dengan ledeburit yang disebut Besi Cor Meliert dan struktur
perlit dan atau ferit serta ledeburit masih terdapat sejumlah unsur karbon
dalam bentuk koloni grafit yang disebut Besi
Cor Kelabu.
4.2 Saran
Beberapa saran yang bisa diberikan untuk
penyempurnaan “Tugas Ilmu Bahan” ini adalah:
·
Sebelum menggunakan alat untuk alat berat, pahami dulu alat
tersebut dari bahan apa dan sifat mekanismenya.
·
Teliti sebelum mengerjakan sesuatu.
·
Selalu ikuti petunjuk penggunaan.
·
Dan berhati-hatilah.
DAFTAR PUSTAKA
- ASM Handbook, 1992, “ Metallography And
Microstructures”, Volume 9, American Society For Metal,
- http://ardra.biz/metalurgi/besi-cor-cast-iron
- http://sonjaya45.wordpress.com/2010/03/13/besi-cor/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar