BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dilingkungan
industri yang beroperasi pada bidang alat berat, besi merupakan bahan baku yang
penting. Karena besi sering digunakan untuk bahan baku dalam pembuatan sebuah
unit alat berat. Disamping itu besi mempunyai sifat kuat akan tekanan, yang
dibutuhkan dalam komponen alat berat sendiri. Besi sendiri mempunyai beberapa
jenis, salah satunya besi tuang. Besi tuang merupakan jenis besi yang berasal
dari biji besi yang kasar. Dalam pengolahannya besi tuang biasanya dengan cara
dilebur ataupun dituang. Karena proses inilah maka disebut dengan besi tuang.
Besi tuang sendiri merupakan besi yang tidak dapat ditempa. Karena memiliki
unsur yang beda dengan jenis yang lain. Walaupun keuletan dan
kekuatannya lebih rendah daripada baja, tetapi karena mudah dituang dan
mempunyai beberapa sifat khusus yang berguna, maka penggunaannya lebih luas,
apalagi dengan diberi tambahan unsur paduan dan proses laku panas yang tepat,
maka sifatnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Agar terciptanya besi tuang
yang berkualitas tinggi serta mempunyai harga jual yang bersaing dengan pasar
international maka untuk itu besi tuang biasanya dicampur dengan unsur paduan
yang telah disebut diatas tadi. Selain itu, besi tuang mempunyai sifat yang sulit untuk berkarat dan tahan
akan gerusan. Maka sering kita jumpai didalam kehidupan sehari-hari
besi tuang digunakan untuk membuat pintu gerbang rumah, tiang lampu hias serta
peralatan rumah tangga.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu
definisi besi tuang
2. Apa saja
klasifikasi besi tuang
3. Apa
kegunaan besi tuang
4. Apa saja
sifat mekanisme besi tuang
5. Bagaimana
standart dan kodifikasi besi tuang
6. Bagaimana
pengolahan besi tuang
7. Apa saja
kelebihan dan kekurangan besi tuang
8. Apa saja
pengaplikasian besi tuang pada system alat berat
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui definisi besi tuang
2.
Untuk mengetahui klasifikasi besi tuang
3.
Untuk mengetahui kegunaan besi tuang
4.
Untuk mengetahui sifat mekanisme besi tuang
5.
Untuk mengetahui standart dan kodifikasi besi tuang
6.
Untuk mengetahui pengolahan besi tuang
7.
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan besi
tuang
8.
Untuk mengetahui pengaplikasian besi tuang pada
system alat berat
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Definisi
Besi Tuang
Besi tuang (cast Iron) dapat didefinisikan
sebagai paduan dari besi dengan lebih dari 1,7 % karbon, biasanya kadar karbon
ini berada pada kisaran antara 2,4 hingga 4 %, merupakan bahan yang relatif
mahal, dimana bahan ini diproduksi dari besi mentah cair, atau besi/baja tua,
ini merupakan produk besi tuang yang memiliki fungsi mekanis sangat penting dan
diproduksi dalam jumlah besar. Prosesnya sering dilakukan dengan cara
menambahkan unsur graphite kedalam ladle sebagai pengendali. paduan besi tuang
(alloy iron castings) bahannya telah dilakukan penghalusan (refined) dan
pemaduan besi mentah (pig iron). produk-produk seperti crankshaf, conecting rod
dan element dari bagian-bagian mesin sebelumnya dibuat dari baja tempa (steel
forgings), sekarang lebih banyak menggunakan high-duty alloy iron casting.
Benda- benda tuangan dapat membentuk bagian bentuk yang rumit dibandingkan
dengan bentuk-bentuk benda hasil tempa (wrought) kendati diperlukan
proses machining, akan tetapi dapat diminimalisir dengan memberikan kelebihan
ukuran sekecil mungkin dari bentuk yang dikehendaki (smaller allowance), oleh
karena itu produk penuangan relatif lebih sedikit dibandin dengan produk tempa.
2.2 Klasifikasi
Besi Tuang
Sebelum
kita masuk ke dalam klasifikasi besi tuang, kita harus mengenal tentang diagram
besi tuang. Jika kita sudah mengenal gambar diagram besi tuang, kita bisa
mengubah sifat dan struktur besi tuang yang di inginkan. Berikut dibawah ini
gambar diagram besi tuang.
Gambar 2.1 Diagram Besi
Besi tuang
biasanya diklasifikasikan menurut struktur metalografinya. Dalam hal ini karbon
dalam besi tuang sangat menentukan. Karbon dalam besi tuang dapat berupa
instentisial yaitu sementit karbida besi atau berupa grafit karbon bebas.
Pengelompokan dapat dimulai berdasarkan kondisi karbonnya. Bila Seluruh karbon
berupa sementit maka ia adalah besi tuang putih, selanjutnya dikelompokkan
berupa bentuk fisik grafitnya,. Terjadinya struktur yang berbeda-beda ini di
pengaruhi oleh beberapa faktor terutama kadar karbon, kadar paduan dan
pengotoran, laju pendinginan selama dan sesudah pendinginan.dan laku panas
sesudah penuangan. Berikut klasifikasi besi tuang :
1.
Besi Tuang Kelabu
Untuk
memperoleh besi tuang kelabu kita harus berpangkal pada besi kasar kelabu. Besi
kasar kelabu memiliki kadar silikon yang tinggi (kurang lebih 5,5 sampai 50%)
dan kadar mangan yang rendah. Karena itu pembentukan karbon bebas jadi
meningkat. Jadi besi tuang kelabu setelah didinginkan mengandung grafit. Grafit
tersebut terdapat dalam besi-tuang berupa pelat-pelat tipis. Besi tuang kelabu
memperoleh namanya dari bidang patahan yang berwarna kelabu, yang disebabkan
oleh grafit hitam.
Gambar 2.2 Struktur besi tuang kelabu
2.
Besi Tuang Putih
Untuk memperoleh besi tuang putih, kita harus berpangkal pada besi kasar putih.
Besi kasar putih itu memiliki kadar silikon yang rendah (kurang lebih 0,5%) dan
kadar mangan yang tinggi. Dengan demikian pembentukan sementit digiatkan.
Karena kadar silikon yang sangat rendah hanya terbentuk sementit. Jadi untuk
besi tuang putih hanya diagram menstabil yang penting.
Dengan demikian besi tuang putih setelah didinginkan tediri dari perlit dan
sementit. Besi tuang putih dengan kadar karbon 2.5% sampai 3.6% mengandung
banyak sementit. Dengan adanya kadar yang besar dari sementit yang sangat
keras, akan tetapi rapuh itu, besi tuang putih memperoleh kekerasan sangat
besar, akan tetapi kekuatan tarik yang sangat rendah dan regangan yang sangat
kecil.
Gambar 2.3 Struktur besi tuang putih
3.
Besi Tuang mampu tempa
Untuk memperoleh besi tuang yang dapat di tempa, kita harus berpangkal pada
besi tuang putih. Bahan ini dipanaskan sampai kurang lebih 900 °C dan dibiarkan
beberapa hari pada suhu tersebut. Besi tuang jenis ini dibuat dari besi tuang
putih dengan melakukan heat treatment kembali yang tujuannya menguraikan
seluruh gumpalan grafit akan terurai menjadi matriks ferrit, pearlit, martensit.
Besi tuang ini juga mempunyai sifat yang mirip dengan baja
Gambar 2.4 Struktur besi tuang mampu tempa
4. Besi
Tuang Nodular
Untuk memperoleh besi tuang noduler, kita harus berpangkal pada besi kasar
kelabu. Besi kasar kelabu memiliki kadar silikon yang tinggi (kurang lebih 5,5
sampai 1,5%), dan kadar mangan rendah. Karena itu pada pendinginan
perlahan-lahan pembentukan karbon bebas akan meningkat. Karena selama fabrikasi
dimasukkan magnesium ke dalam bahan, maka karbon bebas itu terjadi berupa bola.
Bola-bola itu dinamakan nodul. Nodul grafit memberikan pengurangan penampang
yang lebih kurang dan tidak menyebabkan pengerjaan takik.
Besi tuang noduler, setelah pendinginan dan setelah pengerjaan pemijaran
terutama dari ferit, perlit, dan grafit. Karena adanya ferit atau perlit dan
karena bentuk nodul grafit yang sangat menguntungkan, maka besi tuang noduler
memiliki kekuatan tarik yang
tinggi dan regangan yang besar.
Gambar 2.5 Struktur besi tuang
nodular
2.3 Kegunaan Besi Tuang
Dalam kegunaanya, besi tuang
sering juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari kita selain digunakan pada
system alat berat. Misalnya seperti :
-
Pipa yang menahan tekanan dari luar sangat tinggi
-
Tutup
lubang saluran drainasi dan alat saniter lain
-
Bagian
struk rangka yang menahan gaya tekan
-
Bagian
mesin, blok mesin
-
Pintu
gerbang,tiang lampu
-
Sendi,
rol jembatan
-
Kerangka mesin, seperti mesin bubut, mesin
ketam, dan alat pengepres.
-
Puli sabuk-v dalam motor dan mesin
-
Pipa saluran.
-
Pintu gerbang, tiang lampu dan sebagainya
2.4 Sifat
Mekanisme Besi Tuang
Besi tuang memiliki beberapa sifat mekanisme yang
terdapat didalamnya seperti :
-
Keras dan mudah melebur/mencair
-
Getas
sehingga tidak dapat menahan benturan
-
Temperatur meleleh 1250°
-
Kekuatan tarik menurun
-
Regangan menurun
-
Sangat tahan terhadap karat (jauh lebih baik
daripada baja)
-
Tidak dapat diberi muatan magnit
-
Tidak dapat disambung dengan las dan paku keling,
disambung dengan baut dan sekrup.
-
Kuat dalam menahan gaya tekan, lemah dalam menahan
tarik kuat tekan sekitar 600 Mpa, kuat tarik 50 Mpa
-
Menyusut waktu pendinginan/waktu dituang.
-
Besi tuang hampir bisa dicetak dalam bentuk apa
saja.
-
Bisa tahan terhadap tekanan yang besar.
2.5 Standart dan Kodifikasi
Besi Tuang
Terdapat berbagai macam standard dan kodifikasi
dalam menentukan jenis besi tuang. Sbeberapa contohnya :
-
SAE (Society of Automotive Engineers)
-
AISI (American Iron and Steel Institute)
-
UNS (Unified Numbering System)
1.
SAE
- Sistem
SAE hanya menggunakan nomor - nomor angka.
- Angka
pertama menunjukkan tanda ‘group Baja´, misal:
1.
Unalloy
steel 10XX
2.
Nickel
Steel 23XX
3.
Chromiun
steel 32XX
- Dua
angka terakhir, bila penomoran 4 digit atau tiga angka terakhir bila penomoran
5 digit menunjukkan rata-rata kandungan karbon per-seratus
( % C ), contoh:
1.
SAE 1055,
artinya Unalloy steel mengandung 0,55 % C
2.
SAE 2345,
artinya Ni- steel mengandung 0,3 % Ni, 0,45 % C
3.
SAE 52100,
artinya Cr-steel mengandung 1,45 % Cr, 1,0 C
2.
AISI
- Bila
terdapat huruf didepan angka maka huruf tersebut menunjukkan proses pembuatan
bajanya
1.
A = Basic
Open-hearth
2.
B = Acid
Bassemer
3.
C = Basic
Open-Heath
4.
D = Acid
Open-Heath
5.
E =
Electric Furnace
3.
UNS
- UNS terdiri dari huruf diikuti
oleh lima nomor. Sistem ini hanya menunjukkan
komposisi kimia dari metal atau paduannya dan bukan menunjukkan standar atau
spesifikasi dari metal tersebut
Tabel 2.1 Tabel UNS
F00001-F99999
|
Cast irons
|
F10001-F15501
|
Cast Iron, Gray
|
F10090-F10920
|
Cast Iron Welding Filler Metal
|
F20000-F22400
|
Cast Iron, Malleable
|
F22830-F26230
|
Cast Iron, Pearlitic Malleable
|
F30000-F36200
|
Cast Iron, Ductile (Nodular)
|
F41000-F41007
|
Cast Iron, Gray, Austenitic
|
F43000- F43030
|
Cast Iron, Ductile (Nodular),
Austenitic
|
F45000 F 45009
|
Cast Iron, White
|
F47001-F47006
|
Cast Iron, Corrosion
|
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Pengolahan Besi Tuang
Besi
Tuang terbuat dari besi kasar (pig iron) hasil tanur tinggi dari biji besi.
Kemudian besi kasar dilebur kembali agar bisa menjadi besi tuang. Peleburan
besi tuang biasanya dilakukan dalam tungku yang sering disebut Kupola.
Bentuk
dan konstruksi Kupola tersebut hampir sama dengan konstruksi tanur tinggi
(blast furnace). Bahan baku yang dilebur terdiri dari batang logam besi kasar
yang dihasilkan dari proses tanur tinggi. Bahan baku yang dilebur terdiri dari
ingot besi kasar yang dihasilkan dari proses tanur tinggi, ditambah dengan
skrap baja ataupun skrap besi tuang (return scrap). Disamping itu penambahan
bahan-bahan seperti ferosilikon (FeSi) dan feromangan (FeMn) sering pula
dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk menaikkan kembali kadar Si dan Mn dalam
besi tuang karena sebagian dari kedua unsur tersebut biasanya berkurang (hilang)
akibat oksidasi pada saat peleburan.
Bahan
bakar yang digunakan adalah kokas dan dimasukkan ke dalam Kupola selang seling
dengan muatan logam. Proses pembakaran terjadi dengan meniupkan udara ke dalam
Kupola dengan menggunakan Blower. Untuk mendapatkan proses peleburan
yang baik maka perbandingan antara muatan logam, bahan bakar dan kebutuhan
udara harus dijaga sebaik mungkin.
Disamping
membutuhkan bahan-bahan seperti yang disebutkan diatas, ke dalam Kupola juga
ditambahkan sejumlah batu kapur. Bahan ini dapat membantu pembentukan terak
(slag) yang dapat mengikat kotoran-kotoran sehingga memisahkannya dari besi
cair.
Proses
peleburan besi tuang dengan Kupola biasanya terjadi secara kontinyu artinya
begitu muatan logam mencair maka langsung mengalir keluar tungku. Logam cair
yang keluar dari Kupola ditampung pada alat perapian depan (forehearth) yang
kemudian diangkut dengan menggunakan ladel untuk dituang ke dalam cetakan.
Dengan proses peleburan seperti itu maka sering kali mempersulit untuk melakukan
pengaturan komposisi kimia. Hal ini dapat mengakibatkan daerah komposisi kimia
yang dihasilkan menjadi lebar sehingga memberikan variasi pula terhadap
kualitas produk yang dibuat.
Disamping
itu kekurangan lainnya pada proses peleburan dengan Kupola yaitu logam cair
mudah mengalami kontaminasi oleh sulfur atau unsur-unsur lainnya yang
disebabkan oleh bahan bakar kokas. Pengotoran karena sulfur ini dapat
menurunkan sifat-sifat besi tuang.
Karena
kekurangan-kekurangan di atas, maka dewasa ini banyak pabrik pengecoran
menggunakan tungku listrik untuk menggantikan Kupola. Tungku listrik yang
banyak digunakan adalah dari jenis tungku induksi. Bahan baku yang dilebur pada
umumnya tidak menggunakan besi kasar melainkan sebagian besar berupa skrap baja
atau skrap besi tuang. Peleburan dengan tungku ini dapat menghasilkan logam
cair dengan komposisi kimia yang lebih konsisten dengan kadar impuritas yang
lebih rendah karena bahan baku yang dilebur biasanya berupa skrap baja, maka
untuk menaikkan kadar karbon agar mencapai kadar yang sesuai untuk besi tuang
biasanya dilakukan dengan memasukkan sejumlah arang kayu ke dalam tungku.
Berikut ini adalah gambar proses peleburan dan penuangan besi tuang
Gambar 3.1 Proses pembuatan besi tuang
Dalam
pemakaian di industri, ada tiga jenis besi tuang yang banyak digunakan, yaitu :
besi tuang kelabu (grey cast iron), besi tuang ulet atau besi tuang nodular
(nodular cast iron) dan besi tuang putih (white cast iron). Ketiga jenis besi
tuang ini mempunyai komposisi kimia yang hampir sama yaitu : 2,55 - 3,5 %C, 1-3
%Si, Mn kurang dari 1% sedangkan S dan P dibatasi antara 0,05-0,10 %
(maksimum). Walaupun komposisi kimianya hampir sama, tetapi karena prosesnya
berbeda maka struktur dan sifat-sifat dari ketiga besi tuang tersebut berbeda.
3.2 Kelebihan dan
Kekurangan Besi Tuang
Dibandingkan
dengan baja tuang, ada beberapa keunggulan besi
tuang ini, misalnya:
•
Hasilnya
akan lebih murah dibandingkan dengan baja tuang
•
Temperatur
peleburan lebih rendah, oleh karena
itu “Dapur Kupola” dapat dipakai.
•
Besi
tuang cair akan lebih baik mengalirnya, sehingga dapat mengisi
rongga-rongga cetakan (mould) dengan lebih
sempurna.
•
Hasilnya
siap untuk dikerjakan lebih lanjut.
•
Menghasilkan
kombinasi kekuatan tarik dan tekan yang baik
•
Tahan
terhadap keausan, gerusan, dll.
•
Tidak berkarat.
Dibandingkan
dengan baja tuang, ada beberapa
kekurangan besi tuang ini, misalnya:
• Tidak dapat di tempa.
• Tidak dapat disambung dengan paku keling atau dilas, dua buah besi tuang
hanya dapat disambung dengan baut dan sekrup.
• Tidak dapat diberi muatan magnet
• Getas sehingga tidak dapat menahan lenturan
3.3
Pengaplikasian Besi Tuang pada Sistem Alat Berat
Dalam system
alat berat sendiri besi tuang ditempat pada ruang yang sangat penting. Karena
ditempatkan dikomponen dalam pada alat berat. Sebabnya besi tuang memiliki
kekakuan dan kekuatan dalam menahan tekanan serta tidak mudah berkarat. Untuk
itu besi tuang biasanya digunakan pada komponen silinder blok pada system alat
berat.
Gambar
3.2 Silinder Blok
Besi tuang juga
mempunyai sifat yang mudah dibentuk. Untuk itu pada pengaplikasian pada alat
berat, besi tuang digunakan dalam komponen silinder blok, crankshaft dan
camshaft.
Gambar 3.3 Camshaft
Gambar 3.4 Crankshaft
Walaupun begitu besi
tuang tidak berdiri sendiri dalam bahan pembuatan silinder blok, camshaft dan
crankshaft. Besi tuang dipadukan dengan bahan-bahan lain seperti Mangan, Silikon
dan Baja.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Besi tuang (cast Iron) dapat
didefinisikan sebagai paduan dari besi dengan lebih dari 1,7 % karbon, biasanya
kadar karbon ini berada pada kisaran antara 2,4 hingga 4 %, merupakan bahan yang
relatif mahal, dimana bahan ini diproduksi dari besi mentah cair, atau
besi/baja tua, ini merupakan produk besi tuang yang memiliki fungsi mekanis
sangat penting dan diproduksidalam jumlah besar. Besi tuang mempunyai
klasifikasi yaitu : Besi tuang putih, besi tuang kelabu, besi tuang mampu tempa
dan besi tuang nodular. Besi tuang mempunyai sifat mekanisme antara lain tahan
dalam tekanan tinggi dan juga tidak mudah berkarat. Besi tuang mempunyai
kegunaan pada alat berat yang digunakan untuk bahan baku dari silinder blok.
4.2 Saran
Beberapa saran
yang bisa diberikan untuk penyempurnaan “Tugas Ilmu Bahan” ini adalah:
·
Sebelum menggunakan alat untuk alat berat, pahami dulu alat
tersebut dari bahan apa dan sifat mekanismenya.
·
Teliti sebelum mengerjakan sesuatu.
·
Selalu ikuti petunjuk penggunaan.
·
Dan berhati-hatilah.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar